Selamat Datang di Dunia Informasi Terkini...
VIDDYNEWS.BLOGSPOT.CO.ID - Media informasi dan pengetahuan disekitar kita

Tujuh Hal Penting Yang Harus Dilakukan Oleh Suami Atau Istri Saat Bertengkar

Banyak hal yang terjadi Dalam kehidupan berumah tangga. Bukan hanya hal yang indah-indah saja namun seiring bertambah masa terkadang kita menemui kondisi dimana terjadi perbedaan pendapat sehingga memicu konflik antara kita (suami atau istri). Pertengkaran mungkin saja terjadi diantara kita dan pasangan, jika ada seseorang berkata: “Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri atau suami saya!” Kemungkinannya hanya dua, boleh jadi dia belum menikah, atau ia tengah berdusta.

Pertengkaran itu sebenarnya sebuah hal yang mewarnai proses kedewasaan dalam membangun rumah tangga, hanya saja terkadang kita salah dalam menyikapinya. Jika saja setiap pasangan memahami etikanya, bertengkarpun kita bisa memberikan banyak hikmah, pelajaran dan evaluasi masing-masing pribadi agar berubah menjadi lebih baik. Dalam pertengkaran, biasanya setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam meski dalam luapan emosi.

Sahabat jika anda menemukan kondisi yang tidak nyaman ini, ada enam hal penting yang harus anda lakukan saat bertengkar dengan suami/istri dirumah:

Tujuh Hal Penting Yang Harus Dilakukan Oleh Suami Atau Istri Saat Bertengkar
  1. Jangan marah di depan anak anak kita: ingatlah bahwa Anak kita adalah amanah, buah cinta kasih, bukan buah dari kemarahan dan kebencian. Dia lahir dan hadir ditengah kita untuk membawa cinta dan kehangatan. Mereka tidak layak melihat pertengkaran kita,oleh mereka lihat hanya hal-hal terbaik dari kita. Berusahalah untuk tidak menunjukan kemarahan kita di depan mereka. Karena Anak yang melihat orang tuanya bertengkar, pasti bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, bagaimana dengan bapaknya. Kata-kata dan luapan emosi orang tua yang bertengakar dapat mempengaruhi psycology anak. Mulai dari sekarang Kita harus berani berkata : “Hentikan pertengkaran !” ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Ada cinta dan sejuta harapan.
  2. Harus ada yang mau mengalah atau diam sementara: dalam peretengkaran Cukup seorang saja yang marah-marah, yang lainnya harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah tidak boleh berjama’ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi bertambah panas. Cobalah menarik nafas panjang kemudian beristighfar. Anda harus tetap diam saat dia bicara daan Tatap mata passangan kita dengan penuh cinta. dengan diam itulah anda sebenarnya telah telah beramal sholeh, menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati orang yang anda sayangi. 
  3. Marahlah hanya untuk persoalan yang sedang dihadapi saja: saat marah jangan pernah mengungkit hal yang telah berlalu. Siapapun jika diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Karena sejak awal bangunan ini terbangun atas cinta dan kerelaan saling menerima. Disaat seorang suami terlambat pulang dan istri marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya, sesungguhnya itu adalah “ungkapan rindu yang keras”. Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan yang pernah dilakukan, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat ia merasa terpuruk jatuh.
  4. Begitu pula saat istri melakukan kesalahan, jangan pernah menghubungkan dengan kesalahan lain yang pernah dilakukannya. Jika suami dalam marahnya selalu menghubungkan dgn kesalahan istri kemarin, tiga hari lewat, minggu lalu plus tuduhan “Sudah tidak lagi mencintai”, maka anda telah meragukan cintanya bahkan bisa membunuh cintanya. Ini berlaku sebaliknya. Padahal  jika cinta anda dan pasangan mati, siapa yang susah...? jadi...marahlah tapi untuk kesalahan semasa, kita tidak  hidup di minggu lalu, tapi kita ada bersamanya dihari ini..
  5. Saat marah jangan sekali-kali bawa nama keluarga: saat anda terlibat pertengkaran dengan pasangan jangan pernah menyebut hal yeng berhubungan dengan anggota keluarga yang lain. Apalagi bawa-bawa ibu atau ayah kita. Masalah yang sedang di perdebatkan adalah masalah anda berdua. Bijaklah dalam bersikap. Hindari kata-kata atau luapan emosi yang membahas tentang status ekonomi keluarga. Latar belakang status ekonomi antara pasangan suami istri itu tidak layak dibahas. Meski kondisinya mungkin jauh berbeda, ada yang berasal dari latar belakang keluarga berada sedangkan yang lainnya dari keluarga sederhana, anda tidak boleh mencela status ekonomi pasangan anda. Misalnya “emang keluarga kamu punya apa”? dan lain-lain. Hal itu jika terungkap saat pertengkaran terjadi, tentu saja akan menyakiti hati dan mampu melukai. 
  6. Jika marah jangan lama-lama: kata orang soleh jangan marah lebih dari satu waktu shalat. Pada setiap tasyahud akhir dalam shalat kita berkata : “Assalaa-mu ‘alaynaa wa ‘alaa ‘ibaadil-ahissholiihiin” Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba-hambamu yang sholeh …. seandainya setelah mengucap salam dan mengakhiri shalat kita masih menyimpan amarah pada suami atau istri kita, berarti kita telah mendustai-Nya, padahal nyawa kita ada dalam genggaman-Nya. Jadi marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi ….. Marahlah habis Shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau maghrib sebatas isya … 
  7. Pertengkaran tidak perlu diketahui orangtua masing-masing: orangtua saya pernah berkata “ ibu dan ayah tidak terlalu berharap pemberian harta dari kalian, melihat kalian hidup akur dan bahagia saja sudah cukup”. Hmm.. kata-kata itu masih selalu terngiang ditelinga saya. Jadi tunjukan kepada mereka kalau kita hidup bahagia dengan pasangan kita. Jangan sampai mereka tahu masalah yang terjadi dalam keluarga kecil kita. Apalagi mendengar pertengaran kita. Cukup kita saja. karena itu akan menjadi beban buat mereka.
  8. Jika masih saling mencinta, kita harus saling mema’afkan: selama ada cinta, bertengkar hanyalah “proses belajar untuk mencintai lebih kuat”. Bukalah hati kita.. pertengkaran yang berlarut tidak banyak memberi manfaat, melainkan hanya memperkeruh masalah yang terjadi. Bukalah mata.. Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki dan kita benci meski hanya sesaat. Dialah suami atau istri kita yang selalu mendampingi kita dalam berbagai kondisi dan keadaan. Maafkanlah kesalahannya dan lupakan. Lakukanlah perbaikan bersama.. jangan biarkan pertengkaran menutup mata kita akan kebahagiaan yang akan Allah karuniakan dikehidupan mendatang.

Semoga bermanfaat dan mampu memberi inspirasi..

0 komentar:

Posting Komentar