Selamat Datang di Dunia Informasi Terkini...
VIDDYNEWS.BLOGSPOT.CO.ID - Media informasi dan pengetahuan disekitar kita
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Kalau kita lihat saat ini di jaman modern dan serba cangih ini banyak dari kalangan kita yang sangat di mudahkan dengan perkembangan jaman yang sangat cepat. khususnya anak muda sekarang kalau di lihat dari semangatnya untuk kemandirian dan mempunyai semangat berkembang sangatlah minim, banyak dari mereka masih menggantungkan hidupnya kepada orang tua, namun tidak dengan pelajar yang satu ini dengan kesehariannya sebagai pelajar ia masih sempat berjualan untuk membiayai kehidupan sehari-hari dan biaya sekolahnya seperti yang terlihat di dalam foto ini


Dia sedang membawa barang dagangan, berupa bakwan kawi dan bubur kacang hijau, yang akan dijual di tempatnya bersekolah di SMK Negeri 2 Salatiga, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Senin (2/5).

Sejumlah murid mulai mengembangkan usaha berjualan mereka di lingkungan sekolah untuk mengurangi beban orang tua, sekaligus melatih sikap mental terbiasa bekerja keras seperti yang di lansir oleh Kompas.

Banyak yang mengaku kagum dan salut dengan pelajar yang satu ini. Pasalnya, di saat anak-anak seusianya yang lain asyik pacaran atau main game, dia justru bekerja keras untuk mengurangi beban orang tuanya - dan sambil menuntut ilmu pula.


Beragam komentar positif mengiringi postingan foto ini. "Masya Allah... Semoga selalu di lancarkan... Alhamdulillah sekolahnya pun mendukung..dan kerennya lagi "Rasa Malu"nya di buang jauh2 demi kesuksesannya.. Contoh yang benar2 menyentuh...," kata salah seorang netizen.

Ada juga yang ikutan curhat: "Jaman saya dulu jualan jadi ejekan di sekolah, harus malu2 bgitu... Tp alhamdulilah lama2 malu2in "

Yang satu ini juga cukup menarik: " Kakak kelas adek saya itu bang.. salutt..
Hidayah Allah bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Seperti yang terjadi pada salah seorang anggota gangster yang selama ini hidupnya dihabiskan dengan berbuat kejahatan dan maksiat. Berikut kisahnya.

Ini kisah hidup Abang Long Fadil. Bekas gengster di Singapura yang bertobat. Tato yang memenuhi wajah setidaknya bisa menggambarkan siapa sosok ini di masa silam.



BACA JUGA :
SUBHANALLAH! Gadis Remaja Malaysia Ini Menyatakan Memeluk Islam Setelah Mengajukan Pertanyaan Kepada Dr. Zakir Naik

Sebuah Kesadaran dan Penyesalan Seorang Steve Jobs di Saat-saat Akhir Hidupnya

Memang, sebelum bertobat, Fadil sangat lekat dengan dunia kekerasan dan kejahatan. Pada usia 12 tahun, kelakuannya sudah ganas dan sadis. Kala itu, dia menggunakan sebatang kayu untuk menganiaya lelaki dewasa hingga luka parah.

Akibat perbuatan itulah dia sudah merasakan dinginnya penjara. Dan saat usia ini pula, dia sudah merajah tubuh dengan beragam gambar.

Pada usia 22 tahun, dia hampir mati, saat dihajar beramai-ramai oleh massa bersenjata kayu dan senjata tajam. Fadil memang dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan keras.

Menjadi gengster merupakan satu-satunya pilihan karena dia diasuh oleh keluarga yang percaya bahwa, kejahatan merupakan satu-satunya cara untuk bertahan hidup.

"Saya tak peduli apa nasihat emak. Malah saya tak pedulikan Allah," kata Fadil, dikutip dari mynewshub.cc.

Mimpi Kiamat


Sejak remaja, Fadil telah bergabung dengan gengster China Singapura, yang bergelimang uang, alkohol, dan narkoba. Di samping bergelimang kejahatan tentunya. "Selain maksiat dan narkoba, saya makan babi," katanya.

Allah Maha Kuasa. Meski Fadli keluar masuk penjara, serta pernah berhadapan dengan maut, akhirnya lelaki ini kalah dengan sebuah mimpi. "Saya mimpi dilanda ombak besar, dan hanyut lalu terdampar bersendirian."

"Saya yakin mimpi itu petanda kiamat. Sebulan saya tak keluar rumah kerana takut datangnya kiamat," tambah Fadil.

Itulah hidayah yang diberikan Allah kepada Abang Long Fadil berupa sebuah mimpi yang akhirnya dapat mengantarkannya untuk bertobat kepada Allah dan menjalani kehidupan dengan lebih baik. Semoga kisah Abang Long Fadil ini dapat menginspirasi banyak orang untuk bertobat sebelum ajal menjemput, karena kita tidak akan pernah tau kapan ajal itu akan datang menghampiri kita.

Sumber : Dream
Sosiolog mengatakan bahwa anak yang banyak berinteraksi dengan ayahnya memiliki IQ yang lebih tinggi dibanding yang tak cukup berinteraksi dengan sang ayah.

Banyak juga riset yang membuktikan bahwa anak-anak yang terkait dengan kasus kekerasan, obat-obatan, bahkan kelainan seksual memilliki hubungan buruk dengan ayahnya.

Entah mungkin disebabkan karena kesibukan dalam pekerjaan, sikap pria yang cenderung kaku atau apapun faktornya, tapi bukan menjadi alasan untuk tidak dekat dengan anak-anak, karena itu merupakan hal yang sangat penting bagi tumbuh kembang mereka, terutama bagi anak laki-lakinya.



Para ayah akan terkejut mengetahui bahwa 8 hal ini hanya bisa dipelajari anak laki-laki dari sosok ayahnya, bukan orang lain.

Pembentuk Identitas

Anak lelaki pertama kali belajar menjadi dirinya dengan mengamati ayahnya yang sesama lelaki. Kalau Ayah tidak hadir dalam hidupnya, dia akan lebih sulit membentuk identitas diri, akibatnya anak menjadi minder atau bingung dalam menentukan sikap

Rasa Nyaman dan Percaya Diri

Anak laki-laki sangat butuh untuk merasa diakui dalam kelompok. Kedekatan dengan ayah dapat memenuhi kebutuhan ini.
Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dekat dengan ayahnya cenderung mengikuti geng-geng yang negatif, ini disebabkan karena mereka mencari penerimaan di luar keluarga.

Penanam Nilai-nilai Hidup

Anak-anak yang memiliki ayah secara ekonomi lebih stabil daripada mereka yang tidak. Ini membuat mereka memiliki rasa harga diri dan nilai-nilai lain yang dibentuk oleh ayahnya seperti etos kerja, hubungan yang sehat, dan sifat melindungi seluruh anggota keluarga.



BACA JUGA : Orang Tua Perlu Waspada, Inilah Bahaya Sering Unggah Foto Anak ke Media Sosial

Membentuk Karakter

Anak lelaki memperhatikan karakter ayahnya lalu meniru apa yang mereka lihat.
Ayah bisa mencontohkan karakter positif seperti kejujuran, keberanian, keadilan, wawasan yang luas serta bagaimana berkontribusi positif bagi masyarakat. Anak-anak yang tidak mejadikan ayahnya sebagai panutan cenderung berkiblat pada selebritis, atlit populer, atau musisi sebagai model atau panutan hidupnya.

Mengajari Sikap Menghargai Orang Lain

Ayah yang tidak perhatian kepada anak lelakinya otomatis mengajarkan sikap tidak menghargai orang lain. Hal-hal yang bisa dilakukan oleh para Ayah jaman sekarang untuk mengajari-anak anak sikap menghargai orang lain dengan cara mendengarkan, membangun rasa percaya, kesopanan, dan batas-batas dalam pergaulan.

Mengisi Ruang Hampa pada Jiwa Anak

Anak yang tidak memiliki ayah, atau ayah tidak dekat dengannya cenderung merasa bahwa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Inilah mengapa anak-anak yang tidak dekat dengan ayahnya atau tidak memiliki ayah cenderung lari ke seks, pornografi, kekerasan, obat-obatan, atau sikap-sikap yang merusak dirinya sendiri. Kehadiran Ayah membuat anak merasa lengkap dan penuh.



BACA JUGA : Cara Cerdaskan Anak ketika Masih dalam Kandungan!

Memberi Pemahaman tentang Seks

Anak laki-laki juga banyak pertanyaan tentang seks, terlebih saat memasuki masa pubertas. Ayah bisa mengajari mereka tentang tanda-tanda baligh, mimpi basah, perbedaan mani dan madzi, mandi junub, aurat, dan prilaku seksual yang sehat, mereka tidak akan nyaman membicarakan hal-hal seperti ini dengan ibunya. Bila tidak, mereka akan mencari sendiri dan bisa terjerumus dalam pornografi.

Mengajari Makna Cinta

Anak yang merasa dicintai oleh ayahnya akan belajar banyak hal tentang kepercayaan dan kasih sayang. Mereka akan memandang cinta sebagai hal yang melahirkan rasa bahagia. Sedangkan anak lelaki yang merasa diabaikan oleh ayahnya justru melihat cinta sebagai kerapuhan, kepercayaan sebagai hal lemah yang buruk, sehigga merekapun kesulitan membangun hubungan pernikahan yang sehat.

Bagaimana para Ayah, siap bermain dan menjadi sahabat anak? Ayo lakukan mulai sekarang demi tumbuh kembang buah hati kita hingga akhirnya ia bisa menjadi sosok yang membanggakan sesuai dengan yang kita harapkan.

Sumber : AsuhAnak
 
Anak perempuan itu ujian tersendiri bagi kedua orangtuanya. Apalagi hidup di masa banyak fitnah seperti saat ini. Namun, ia juga menjadi lahan pahala besar ketika orang tuanya sanggup mengantarnya menjadi putri shalehah.

Dalam kitab Riyadhu Ash-Shalihin, dikisahkan bahwa Aisyah bertutur, suatu hari aku pernah didatangi seorang wanita miskin sembari menggendong kedua bayinya. Perempuan itu meminta sesuatu kepadaku. Padahal, aku hanya memiliki satu butir kurma. Aku pun memberikan kurma itu padanya, lalu ia membagi-bagikan kepada putrinya sementara ia sendiri tidak memakan apa-apa darinya.


Aku benar-benar terharu melihat perilaku ibu itu. Aku pun menceritakan apa yang aku lihat itu kepada Rasulullah.

Rasulullah menanggapinya sembari berkata,”Sungguh Allah pasti memasukkan wanita itu ke surga atau ia dibebaskan dari api neraka dengan sebab putri-putrinya.”

Di kesempatan lain beliau berkata, “Siapa yang diuji dengan kehadiran putri-putrinya lalu ia berbuat baik kepada mereka, putri-putrinya itu akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (HR. Muslim dari Aisyah)

Hadits ini tidak terlalu jauh masanya dengan kebiasaan bangsa arab yang membenci kehadiran wanita di tengah-tengah mereka. Berbahagialah seorang ibu yang memiliki anak perempuan lalu ia mengajarinya adab dan yang baik, akhlak yang luhur, lalu dengan begitu ia mentransfer keshalehannya kepada yang lain.



Semoga kita bisa mengambil pelajaran, khususnya yang dikaruniai amanah anak perempuan. Aamiin.

Foto: Hafidzah Cilik, AULIA FATHURRAHMAN lahir 17 Agustus 2008 di dukuh Gendok, desa Balerejo kecamatan Dempet kabupaten Demak ini, sudah hafal 30 juz.

Semoga putra putri kita menjadi ahlul qur'an semua. Aamiin
Kalau cuma mengadakan pesta pernikahan yang mewah sih, pasangan ini mengaku mampu. Tetapi ternyata bukan itu yang mereka cari. Lantas apakah yang mereka cari?





Sebuah ketulusan cinta seorang memang tidak bisa diukur dengan sebuah materi. Pelaminan yang megah dan gaun yang cantik, serta pesta pernikahan yang mewah tidak bisa menjadi alat ukur ketulusan dan kesetiaan cinta seorang pasangan.

Sebab memang banyak pasangan pengantin tulus saling mencintai, meski pun pesta pernikahan mereka sederhana dan minim biaya. Selain faktor ketidaktersediaan, beberapa pasangan memang memilih mengadakan pesta menghalalkan satu sama lain itu dengan sederhana.

Kejadian seperti ini dilakukan oleh sepasang kekasih Muhammad Fadhil Isa dan Siti Norazlin Salim. Kedua mempelai yang saling mencintai ini melangsungkan pernikahannya dengan sangat sederhana.

Tanpa pelaminan mewah dan pesta yang meriah, kedua pasangan ini hanya melangsungkan akad nikahnya di masjid. Bahkan keluarga dan kerabat dekat yang hadir menyantap makan siang di sebuah warung makan sederhana.

Kedua mempelai ini menuturkan bahwa keduanya hanya menghabiskan sekitar Rp 2 juta untuk hari istimewanya tersebut. Uang Rp 300 ribu digunakan untuk mahar pernikahan, Rp 700 ribu untuk penghulu dan Rp 1 juta untuk makan bersama seluruh peserta yang hadir di rumah makan.

Fadhil mengaku memilih pesta pernikahan yang sederhana pada Oktober tahun lalu, bukan karena ia tak memiliki cukup uang, melainkan karena keduanya percaya bahwa keberkahan pengantin tidak terletak pada seberapa meriah pesta pernikahannya, sehingga keduanya memutuskan memanfaatkan uang simpanan sebagai bekal rumah tangga.

Pasangan pengantin asal Negeri Jiran ini bahkan menuturkan bahwa ia bisa saja mengadakan pesta yang meriah, namun ia merasa itu bukan inti dari sebuah pernikahannya.

Setelah setahun lamanya, Fadhil kembali menceritakan kisah pernikahannya tersebut pada Jumat (1/4) lalu. Ia hanya ingin berbagi kesederhanaan momen pernikahannya, melihat maraknya pemberitaan adanya pasangan pengantin yang gagal menikah hanya karena uang mahar yang kurang.

"Betul saya kawin dengan murah? Iya memang. Pernikahan kami berlangsung dengan biaya tak lebih dari 2 juta. Bahkan beberapa rekan saya yang menjadi fotografer dan panitia pembantu pengantin kami belikan nasi box KFC," ujar Fadhil sembari mengunggah foto pernikahannya setahun silam.

Mungkin kita bisa mengambil hikmah dari cerita sepasang pengantin diatas bahwa sebuah ketulusan cinta itu tidak bisa di ukur hanya dengan seberapa meriahnya pesta pernikahan seorang sepasang kekasih. Jadi jangan sampai ketulusan cinta kalian rusak hanya karena hal-hal yang sepele.

Sumber : cerminan


Atikah, seorang wanita berusia 38 tahun ini mungkin sekilas hanya terlihat seperti ibu-ibu pada umumnya. Mempunyai pekerjaan tetap, menjajakan makanan ringan di kawasan Balaikota Semarang, siapa sangka ternyata ia mempunyai kepedulian tinggi dan cara kreatif dalam pemanfaatan sampah.

Lewat kreativitas dan skill menyulam yang dimiliki, Atikah mampu mengolah limbah sampah utamanya plastik bekas menjadi sebuah gaun unik nan berkelas. Meski belum bisa disandingkan dengan produk fashion yang ada pada umumnya, namun langkah nyata kepedulian lingkungan yang dilakukan oleh Atikah tersebut sangat layak mendapat apresiasi.

Kegiatan Sehari-Hari Atikah


Setiap hari ia pergi dari tempat tinggalnya di kawasan Kelurahan Lerep, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang menuju Balaikota Semarang dengan membawa beberapa jajanan yang ia buat sendiri. Dari profesinya tersebut, Atiqah bisa dibilang masih berada dalam kondisi ekonomi yang serba pas-pasan. Setiap bulan dari hasil berjualan makanan ringan, ia mendapatkan keuntungan sekitar Rp500.000. Dengan tanggungan 4 orang anak, Atikah mengaku masih sulit untuk menjalankan roda ekonomi dengan lancar.

Inspirasi Membuat Produk Dari Plastik Bekas




Keseharian berkutat menjajakan makanan ringan, membuat Atikah sering melihat banyak plastik bekas atau yang dalam istilah lokal disebut tas kresek, yang berserakan dimana-mana. Ia sadar betul bahwa, banyaknya sampah plastik tersebut dapat menimbulkan dampak negatif seperti banjir serta penumpukan sampah. Siapa sangka dari pandangan sehari-hari tersebut, perempuan kelahiran Kota Salatiga ini mempunyai ide untuk mengolah kembali sampah plastik menjadi produk yang bernilai.

Barulah dari situ, ia mulai berfikir daur ulang sampah menjadi sebuah gaun. Caranya pun cukup unik, Atikah mengaku bahan yang digunakan hanyalah bahan-bahan sederhana seperti kantong plastik hitam sebagai bahan utama, kemudian ada peralatan lain yakni kapas, minyak goreng, botol bekas, korek serta gunting. Itu semua merupakan barang yang sangat mudah didapatkan, karena pada dasarnya Atikah ingin memaksimalkan barang yang dipandang kurang berguna menjadi lebih bermanfaat.

Setelah memikirkan ide dan mulai menggarap, akhirnya Atikah mampu membuat sebuah gaun unik dengan bahan puluhan kantong kresek dalam waktu kurang lebih 1 bulan.

“Pertama kali membuat, satu gaun untuk ukuran anak-anak membutuhkan waktu hingga satu bulan. Bahannya kira-kira 100-an kantong plastik,” ujarnya.

Meskipun sudah mempunyai hobi menjahit dan menyulam, namun untuk bisa mengolah bahan plastik tentunya berbeda dan membutuhkan kreativitas lebih tinggi. Namun dengan ketekunan, hasilnya Atikah mampu membuat gaun unik yang bahkan tak kalah menarik dari hasil rancangan desainer profesional.

Belum Ingin Mengkomersilkan Karyanya


Berkat inovasi yang dilakukan yang ia lakukan, Atikah sempat mendapat julukan sebagai arsitek sampah dari masyarakat dan tetangga tempat tinggalnya. Kemampuannya mengolah sampah menjadi produk kerajinan, bahkan diakui memiliki kualitas yang cukup baik dan layak dijual.

Meskipun begitu, Atikah masih merasa bahwa produknya belum siap untuk dijual secara luas. Namun wanita yang juga telah mengkreasikan produk olahan limbah lain seperti tudung saji, dompet ponsel, rompi, hingga tas ini, tidak menutup kemungkinan untuk memenuhi jika ada orang yang memesan produk buatannya.

“Masih terus memproduksi, namun belum dijual. Kalau ada yang tertarik, saya mungkin menerima pesanan,” aku Atikah."ujarnya

Apa yang dilakukan oleh Atikah ini sangat inspiratif dan patut untuk kita apresiasi. Sampah-sampah yang tadinya tidak memiliki nilai sama sekali, ia sulap menjadi sesuatu yang memiliki nila guna dan seni.

Semoga semakin banyak orang-orang seperti Atikah yang mau peduli pada lingkungan dengan cara mengolah limbah sampah menjadi sesuatu yang berguna. Dan kita semua pun bisa melakukannya, asalkan ada niat dan kemauan dalam diri kita untuk peduli pada lingkungan.

Sumber:maxmanroe

Alkisah, ada seorang anak yang bertanya pada ibunya, “Ibu, temanku tadi cerita kalau ibunya selalu membiarkan tangannya sendiri digigit nyamuk sampai nyamuk itu kenyang supaya ia tak menggigit temanku. Apa ibu juga akan berbuat yang sama?”

Sang ibu tertawa dan menjawab terus terang, “Tidak. Tapi, Ibu akan mengejar setiap nyamuk sepanjang malam supaya tidak sempat menggigit kamu atau keluarga kita.”

Mendengar jawaban itu, si anak tersenyum dan kembali meneruskan kegiatan bermainnya. Tak berapa lama kemudian, si anak kembali berpaling pada ibunya. Ternyata mendadak ia teringat sesuatu. “Terus Bu, aku waktu itu pernah dengar cerita ada ibu yang rela tidak makan supaya anak-anaknya bisa makan kenyang. Kalau ibu bagaimana?” Anak itu mengajukan pertanyaan yang hampir sama.

Kali ini sang Ibu menjawab dengan suara lebih tegas, “Ibu akan bekerja keras agar kita semua bisa makan sampai kenyang. Jadi, kamu tidak harus sulit menelan karena melihat ibumu menahan lapar.”

Si anak kembali tersenyum, dan lalu memeluk ibunya dengan penuh sayang. “Makasih, Ibu. Aku bisa selalu bersandar pada Ibu.”

Sembari mengusap-usap rambut anaknya, sang Ibu membalas, “Tidak, Nak! Tapi Ibu akan mendidikmu supaya bisa berdiri kokoh di atas kakimu sendiri, agar kamu nantinya tidak sampai jatuh tersungkur ketika Ibu sudah tidak ada lagi di sisimu. Karena tidak selamanya ibu bisa mendampingimu.”

Ada berapa banyak orangtua di antara kita yang sering kali merasa rela berkorban diri demi sang buah hati? Tidak sadarkah kita bahwa sikap seperti itu bisa menumpulkan mental pemberani si anak?

Jadi, adalah bijak bila semua orangtua tidak hanya menjadikan dirinya tempat bersandar bagi buah hati mereka, melainkan juga membuat sandaran itu tidak lagi diperlukan di kemudian hari. Adalah bijak jika para orangtua membentuk anak-anaknya sebagai pribadi mandiri kelak di saat orangtua itu sendiri tidak bisa lagi mendampingi anak-anaknya di dunia.