Selamat Datang di Dunia Informasi Terkini...
VIDDYNEWS.BLOGSPOT.CO.ID - Media informasi dan pengetahuan disekitar kita
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Kasus pelecehan seksual yang dilakukan orang dewasa terhadap anak di bawah umur belakangan ini semakin marak terjadi. Hal ini tentunya membuat para orang tua agar lebih protektif dalam menjaga buah hatinya agar tidak menjadi korban para predator anak.

Perlindungan terhadap anak-anak dari pemangsa-pemangsa seksual ini dilakukan mulai dari memberikan pengertian bagian tubuh mana yang sebaiknya tidak disentuh orang lain, The Underwear Rules, hingga membatasi penggunaan sosial media yang berpotensi mempertemukan anak dengan orang asing di luar lingkaran pergaulan sehari-hari.


Sosial media dan internet sering digunakan sebagai pintu masuk para pelaku pedofil untuk memudahkannya dalam menemukan mangsanya. Baru-baru ini FBI menemukan lima simbol yang digunakan oleh para pedofil untuk menunjukkan kelompok target incarannya.

Dilansir dari laman dailymail.co.uk, simbol-simbol ini mungkin terlihat wajar, tetapi menyimpan makna semiotik di dalamnya. Jika para orang tua menemui simbol-simbol ini beredar di sosial media anak Anda, sebaiknya berhati-hatilah. Atau meminta anak untuk menghapus akun tersebut dari daftar pertemanannya.

BoyLover Logo


BoyLover Logo adalah simbol berupa segitiga spiral berwarna biru tua. Simbol ini digunakan pedofilia yang mengincar target anak laki-laki.

LittleBoyLover Logo


Hampir menyerupai simbol BoyLover, tetapi simbol ini lebih membulat dan berwarna biru muda. Para pedofilia yang menunjukkan simbol ini menyukai anak laki-laki balita atau batuta.

GirlLover Logo


Tanda pedofilia yang mengincar anak perempuan adalah simbol hati di dalam hati berwarna merah muda.

ChildLover Logo



Jika Anda menemui simbol kupu-kupu berwarna pink dan ungu yang sayapnya lebih menyerupai bentuk hati, awas! Pedofil tersebut tidak memiliki preferensi jenis kelamin apapun alias tertarik dengan anak laki-laki maupun perempuan.

Sementara itu, ada sebuah logo lain yang banyak beredar yaitu CLOMAL (Childlove Online Media Activism). CLOMAL digunakan oleh para pedofil untuk mempromosikan sexual relationship antara orang dewasa dan anak-anak, bahwa hal ini sebaiknya tidak dikategorikan sebagai kriminalitas.


Mirisnya, logo-logo ini banyak ditemukan di mainan anak-anak. Nicole O'Kelly, seorang ibu dari Syracuse, New York, membeli sebuah mainan untuk anak perempuannya yang berusia 2 tahun. Beruntung, anaknya yang lebih tua menemukan sebuah simbol yang pernah muncul dalam episode serial drama Law and Order tentang pedofilia. Kisah lain pun terungkap saat ada laporan yang masuk dan memaksa sebuah acara televisi bertema otomotif, mengambil gambar sebuah truk berisi mainan anak yang menampilkan simbol-simbol pedofilia.

Terkadang para orang tua memang tak bisa sepenuhnya membentengi anak-anak dari serangan predator online. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana orang tua lebih mawas diri, memahami penggunaan sosial media serta membatasi akses penggunaan teknologi digital pada anak-anak yang masih membutuhkan pendampingan khusus. Jangan sampai anak kita menjadi korban dari kejahatan seksual oleh para pelaku pedofil. Semoga informasi ini bermanfaat.
Di era jaman yang semakin yang semakin maju dengan kehadiran berbagai teknologi canggih ini, manusia menjadi semakin ketergantungan dan tak bisa lepas dari alat-alat elektronik yang dapat menunjung kehidupannya, khususnya smartphone/gadget.

Mungkin kita seringkali merasa gelisah dan tak nyaman saat tidak memegang gadget dalam satu hari saja. Rasanya ada sesuatu yang kurang pada diri kita. Sekarang, hal ini juga dialami oleh anak-anak, bahkan balita. Mereka yang sudah terbiasa memegang gadget, tentunya akan menjadi ketergantungan pada gadget dan sulit untuk lepas darinya. Padahal, hal ini tentu tidak baik untuk tumbuh kembangnya dan berbahaya bagi kesehatannya.



Salah satu dampak negatif gadget bagi kesehatan anak yaitu mempengaruhi perkembangan dan pola hidup. Dengan semakin menariknya fitur pada gadget maka akan membuat anak lebih senang memainkan barang elektronik tersebut. Bahkan hal ini akan membuat anak tidak bisa bersosialisasi dan malas untuk belajar. Mereka menjadi cenderung memiliki sikap anti-sosial dan kurang peduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya.

Dampak jangka panjangnya yaitu akan membuat anak tumbuh dengan pribadi yang individualis dan egois. Prestasi anak bisa menurun akibat terlalu asik maen gadget dan enggan untuk belajar. Lebih parahnya lagi kecanduan gadget bisa membuat si kecil kehilangan waktu tidur akibat terlalu asik memainkan benda tersebut.

Gadget tidak dilarang untuk anak, hanya saja dalam hal ini orangtua harus memberikan batasan dan kontrol penggunaan gadget. Bimbingan dan pengawasan dari orangtua memang menjadi salah satu faktor penting untuk menghindari dampak negatif dari gadget.

Berikut Tips Mengatasi Kecanduan Gadget Pada Anak

Hindari Memperkenalkan Gadget di Usia Dini


Pada zaman sekarang mungkin akan kita jumpai anak-anak kecil yang sudah mahir dalam menggunakan gadget. Hal ini nampaknya kurang kontrol dari orangtua sehingga beresiko terhadap kecanduan gadget. Maka dari itu, sebaiknya gadget diperkenalkan pada anak ketika sudah mengerti dan bisa membedakan mana yang baik atau tidak. Jangan memperkenalkan gadget pada anak di usia yang masih terlalu dini karena bisa berdampak terhadap kesehatan dan tumbuh kembangnya.

Jangan Gunakan Gadget di Depan Anak-anak


Anak-anak cenderung mengikuti kebiasaan orang dewasa. Kalau kamu selalu terlihat sibuk dengan gadget, mereka akan berpikir bahwa itu hal yang seru. Jadi, usahakan tidak terlihat oleh anak-anak saat kamu berkutat dengan gadget.

Berikan Pemahaman Pada Anak

Langkah selanjutnya yaitu berikan pemahaman pada anak mengenai cara yang baik dalam menggunakan gadget. Pada intinya berikan pengarahan supaya anak tidak menggunakan gadget dalam waktu lama. Nasihati si kecil secara perlahan dan jangan memaksan padanya untuk menghindari gadget karena justru akan membuat anak semakin penasaran.

Batasi Waktu Bermain Gadget


Jangan biarkan mereka bermain gadget seharian. Berikan batasan misalnya satu jam saja dalam sehari, atau hanya boleh saat hari libur saja.

Berikan Alternatif Mainan Lain


Kalau ada mainan lain yang lebih seru, mereka pasti akan berpaling dari gadget-nya. Coba berikan mainan lain yang menarik dan edukatif, misalnya LEGO, bermain monopoli atau ular tangga bersama-sama dengan orang tua dan saudara, pasti akan jauh lebih menyenangkan.

Ajak Mereka Bermain di Luar


Aktifitas luar ruangan mampu meningkatkan kemampuan motorik dan sosial anak. Jadi, sering-seringlah mengajak mereka bermain di taman, berlari-larian, bermain layangan, gelembung sabun, berenang, dan sebagainya.

Jadilah Contoh yang Baik

Jangan hanya melarang saja, namun orang tua juga harus menjadi contoh yang baik bagi anak. Ketika di rumah, sebaiknya jangan terlalu lama atau terlalu asik bermain gadget. Contoh nyata nampaknya akan lebih mudah untuk ditiru oleh anak sehingga secara perlahan akan enjadi kebiasaan baik yang terus berlanjut hingga si anak tumbuh dewasa.

Demikian beberapa poin penting untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak. Perhatian dan bimbingan orang tua pada anak adalah kunci untuk menghindari kecanduan gadget. Semoga dengan begitu anak akan menjadi jauh lebih sehat dan semangat belajarnya meningkat. Semoga bermanfaat.
Matematika seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan bagi sebagian anak. Banyaknya angka dan rumus-rumus yang tak cuma harus dihafal, tapi juga dimengerti dan dipahami seakan menjadi momok yang menakutkan bagi mereka.

Seringkali guru dan orang tua juga mengalami kesulitan dalam mengajari anak-anak dalam pelajaran Matematika. Kesulitan dalam mengajarkan matematika bukan karena materi yang sulit. Melainkan karena penyampaian materinya yang sulit dimengerti oleh anak. Akhirnya anak pun merasa stress dan tidak menyukai pelajaran ini sehingga berdampak pada nilai pelajarannya.



Untuk itu, sebelum anak memasuki usia sekolah, tak ada salahnya belajar Matematika dimulai dari rumah. Namun yang perlu diperhatikan adalah, untuk mengajarkan Matematika pada anak usia dini tentunya harus dengan metode belajar yang menyenangkan dan tak perlu menggunakan buku atau tulisan. Dengan demikian, kegiatan belajar Matematika akan serasa seperti sedang bermain.

Untuk anak-anak usia dini, mengajarkan matematika sebaiknya dengan hal-hal yang menyenangkan dan mudah ditemui setiap hari. Berikut 3 tips yang dikutip dari vemale.com yang bisa dicontoh oleh para ibu dalam mengajarkan matematika pada anak usia dini.

Menggunakan Anggota Tubuh

Gunakan jari tangan, jari kaki, mata, telinga dan anggota tubuh lainnya untuk menunjukkan jumlah-jumlah matematis yang bisa ditunjukkan anggota tubuh.

Menggunakan Dramatisasi Matematika

Ajak anak merasakan bentuk bola, prisma, segitiga sama sisi atau bersama teman-temannya menghitung lompatan. Hal ini akan membuat mereka belajar matematika dengan gembira karena merasa seperti bermain-main saja.

Menggunakan Mainan Anak


Buatlah konsep bermain yang menyenangkan, misalnya membuat toko. Minta anak berpura-pura menjadi penjual dan menghitung jumlah jualannya. Dengan cara ini mereka belajar berhitung aritmatika dan konsep uang.

Selain berpura-pura menjadi penjual di toko, bunda juga bisa memanfaatkan mainan-mainan kecil lainnya seperti LEGO, mobil-mobilan kecil, kelereng atau mainan lainnya yang dimiliki untuk mengajarkan konsep matematis pada anak.

Demikian tips untuk mengajarkan Matematika pada anak usia dini dengan metode yang menarik dan menyenangkan sesuai dengan usia mereka. Jika bunda ada ide lain yang bisa diterapkan untuk mengajarkan Matematika pada anak, bunda bisa sharing melalui komentar di bawah ini agar semakin banyak orang tua yang bisa menerapkannya pada buah hatinya. Semoga bermanfaat.
Setiap anak lahir dengan karakter dan watak bawaan yang berbeda-beda. Ada yang ceria, pendiam, pemberani, pemalu, penakut, dll. Dan setiap orang tua tentunya diharapkan untuk bisa memahami karakter dari buah hati mereka agar mereka dapat menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada anak.

Dari beberapa karakter yang dimiliki anak, sekitar 15 persen anak termasuk pemalu dan lambat beradaptasi dengan suasana baru. Hal itu sebetulnya sudah bisa dilihat sejak mereka masih bayi. Di usia sekitar tujuh hingga sembilan bulan, bayi biasanya tersenyum kepada orang baru yang menggodanya. Tetapi, anak yang pemalu justru akan rewel, atau menangis dan menyembunyikan wajah di pelukan mama atau pengasuhnya.


Anak yang memiliki karakter seperti itu biasanya juga lebih peka dan sensitif. Sedikit perubahan saja terhadap rutinitas sudah bisa membuat ia merasa tidak nyaman, rewel, atau bahkan ketakutan. Ia juga cenderung merupakan pengamat yang baik, sehingga dengan cepat ia akan mengenali beberapa tanda di jalan menuju tempat praktik dokter. Tak heran kalau ia sudah mulai menangis, bahkan sebelum tiba di sana.

Berikut langkah-langkah atau solusi yang harus orang tua lakukan dalam menghadapi anak yang pemalu, penakut dan sulit beradaptasi dengan lingkungan barunya yang dikutip dari laman parenting.co.id.

Kiat untuk orang tua dalam menghadapi anak pemalu



- Bersikap ekstra sabar. Bila satu dua kali Anda tidak berhasil membujuknya, biarkan saja. Tetaplah mengajak ia ke taman bermain yang sama sampai ia merasa lebih familier. Setelah merasa lebih nyaman, tanpa Anda bujuk pun, pelan-pelan ia akan mencoba bermain dengan mainan yang diam-diam sebetulnya sudah lama ia incar dan ingin ia mainkan.

- Hindari memarahi, memaksa, atau memberi ia tekanan. Langsung ‘menceburkannya’ ke dalam situasi baru tanpa membiarkan ia pelan-pelan beradaptasi, bisa membuat ia semakin takut dan menarik diri. Usahakan agar Anda juga tidak melontarkan kalimat-kalimat pedas sebagai ekspresi kejengkelan. Itu justru akan membuat nyalinya semakin ciut.

Bila ayah/bunda memperlakukannya secara tepat dan bersikap menghargai, maka percayalah, ia akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan bahagia. Tentunya itu yang semua orang tua harapkan, bukan? Semoga informasi ini bermanfaat untuk kita semua.
Kasus kekerasan dan pelecehan seksual belakangan ini semakin marak terjadi. Kekerasan seksual ini juga bisa terjadi kepada siapa saja, bahkan tak jarang anak-anak di bawah umur yang menjadi korban dari kejahatan seksual para predator anak.


Anak yang masih lemah dan polos cenderung menjadi sasaran para pelaku kejahatan seksual. Oleh sebab itu, para orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap hal-hal yang yang membahayakan anak.

Dikutip dari vemale.com, ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah kemungkinan hal tersebut terjadi pada anak-anak kita.

Ikut campur kehidupan anak

Ikut campur dalam hal ini dalam arti mengetahui apa saja yang dilakukan anak setiap harinya. Tanya anak apa saja yang mereka lakukan, di mana dan bersama siapa. Ke mana mereka pergi biasanya dan lain sebagainya. Biasakan anak untuk menceritakan keseharian mereka agar anak lebih terbuka.

Ketahui orang-orang di sekitar anak

Selain keluarga dekat atau saudara di rumah, ketahui siapa saja orang-orang yang ada di sekitar anak, yang mereka kenal, entah itu teman, orangtua teman, guru, pelatih dan lain sebagainya. Dan tanya bagaimana pendapat anak tentang orang-orang tersebut.

Ketahui pendapat anak tentang berita

Jangan mencegah anak untuk tahu apa yang terjadi di media, meski memang orangtua juga perlu hati-hati memberitahu anak. Tanya mereka apakah ada hal-hal semacam ini yang terjadi di sekolah atau tempat les. Buat mereka paham bahwa hal ini penting dibicarakan dan buat mereka nyaman untuk menceritakan hal-hal seperti ini.

Ketahui perubahan yang terjadi pada anak

Lebih perhatian dan ketahui jika ada perubahan-perubahan tertentu pada anak. Tanya apa yang terjadi dan apa yang mereka rasakan. Mengapa hal itu bisa terjadi dan mulai kapan.


Ajari anak tentang pertahanan diri

Ini langkah yang paling penting, mengajari anak untuk melindungi diri sendiri. Ajari anak bahwa tak seorang pun bisa menyentuh bagian tubuh mereka, sehingga membuat mereka tidak nyaman. Hal ini termasuk pelukan, rabaan, atau menggelitiki. Tekankan bahwa mereka perlu marah jika orang lain menyentuh tanpa seizinnya.

Jangan berikan pakaian terbuka pada anak perempuan

Perkara memberikan atau memilih pakaian untuk anak juga perlu menjadi perhatian bagi orang tua. Memang banyak sekali model pakaian anak yang lucu-lucu, keren, dan dapat membuat anak tampil semakin cantik. Namun, pikirkan juga bahwa pakaian juga berperan penting untuk melindungi dirinya dari bahaya kekerasan seksual.

Itu yang bisa orang tua lakukan untuk dapat melindungi anak-anak kita dari bahaya kekerasan seksual. Tekankan pada mereka bahwa tubuh mereka bukan benda yang bisa disentuh sembarang orang. Biasakan anak untuk menceritakan apa yang membuat mereka tidak nyaman dan beritahu anak bahwa sebagai orang tua, kita selalu ada untuk mereka.
Setiap orang tua tentu memiliki cara berbeda dalam mendidik dan mendisiplinkan anak, salah satunya yang paling sering terjadi di kalangan para orang tua adalah dengan cara memukul. Entah itu memukul badan, pantat, atau kepala anak. Hal ini sering dilakukan oleh beberapa orang tua, apalagi jika anak mereka sulit diataur, keras kepala, dan suka berbuat nakal.



BACA JUGA : Penting! Inilah 6 Kesalahan yang Umumnya Dilakukan Oleh Seorang Ibu Setelah Melahirkan

Para orang tua beranggapan bahwa memukul anak dapat memberikan efek jera pada mereka. Anak akan lebih patuh dan tidak mengulangi kesalahannya lagi di lain waktu. Namun, taukah Anda jika cara tersebut adalah SALAH BESAR.

Mendidik anak dengan cara seperti ini justru memberi akibat buruk untuk anak. Dikutip dari vemale.com menyebutkan bahwa sebuah penelitian meta-analisis mengenai memukul pantat pada anak yang dilakukan selama lima dekade menunjukkan bahwa semakin sering anak dipukul, semakin besar keinginan anak menentang orangtuanya.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology ini menekankan bahwa kebiasaan memukul anak bisa memberi pengaruh buruk bukan hanya secara sikap tapi juga pemikiran. Dari pengalaman buruk yang mereka alami, pada akhirnya mereka juga membentuk pemikiran yang sama terhadap orangtuanya.

Para peneliti mengatakan bahwa anak-anak yang mendapat perlakuan kekerasan dari orangtuanya juga mengalami gangguan kesehatan mental, kesulitan dalam hal kognitif dan mengembangkan sikap anti-sosial serta agresif berlebihan.



BACA JUGA : Yuk, Kenali Karakter Anak! Inilah Karakter-karakter Anak yang Perlu Diketahui oleh Para Orang Tua

Para ahli dan pemerhati anak menyetujui hal ini, penelitian lain yang dilakukan Elizabeth Gershoff, profesor human development and family sciences dari The University of Texas juga menarik kesimpulan yang hampir sama.

Bahkan sikap dan pemikiran akibat kebiasaan memukul ini berkembang hingga dewasa. Orang dewasa yang dulunya mendapat perlakuan pemukulan saat kecil akan cenderung melakukan hal yang sama pada anaknya.
Perlakuan memukul sebagai teknik mendisiplinkan anak sebaiknya dihentikan dari sekarang, karena sebenarnya ada banyak cara manusiawi yang bisa dilakukan untuk memberi pengajaran yang baik pada anak.

Tujuannya memang baik, untuk mengatur dan mendisiplinkan anak, namun caranya yang kurang tepat. Mengajarkan anak dengan kekerasan justru akan memberikan pengalaman buruk untuk anak, dan mengganggu kesehatan mental mereka.

Untuk itu, ayah/bunda yang selama ini sering memukul anak untuk kesalahan yang mereka perbuat, sebaiknya mulai sekarang, ubahlah kebiasaan itu. Kalian tentunya tidak ingin kan jika anak-anak yang kalian sayangi tumbuh menjadi pribadi berwatak keras, kasar, dan suka menyakiti orang lain? Semua itu dimulai dari sekarang dan dari lingkungan yang paling dekat dengan anak, yaitu keluarga atau orang tuanya. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang bijak dan dapat menjadi panutan untuk anak-anak kita.
Sosiolog mengatakan bahwa anak yang banyak berinteraksi dengan ayahnya memiliki IQ yang lebih tinggi dibanding yang tak cukup berinteraksi dengan sang ayah.

Banyak juga riset yang membuktikan bahwa anak-anak yang terkait dengan kasus kekerasan, obat-obatan, bahkan kelainan seksual memilliki hubungan buruk dengan ayahnya.

Entah mungkin disebabkan karena kesibukan dalam pekerjaan, sikap pria yang cenderung kaku atau apapun faktornya, tapi bukan menjadi alasan untuk tidak dekat dengan anak-anak, karena itu merupakan hal yang sangat penting bagi tumbuh kembang mereka, terutama bagi anak laki-lakinya.



Para ayah akan terkejut mengetahui bahwa 8 hal ini hanya bisa dipelajari anak laki-laki dari sosok ayahnya, bukan orang lain.

Pembentuk Identitas

Anak lelaki pertama kali belajar menjadi dirinya dengan mengamati ayahnya yang sesama lelaki. Kalau Ayah tidak hadir dalam hidupnya, dia akan lebih sulit membentuk identitas diri, akibatnya anak menjadi minder atau bingung dalam menentukan sikap

Rasa Nyaman dan Percaya Diri

Anak laki-laki sangat butuh untuk merasa diakui dalam kelompok. Kedekatan dengan ayah dapat memenuhi kebutuhan ini.
Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dekat dengan ayahnya cenderung mengikuti geng-geng yang negatif, ini disebabkan karena mereka mencari penerimaan di luar keluarga.

Penanam Nilai-nilai Hidup

Anak-anak yang memiliki ayah secara ekonomi lebih stabil daripada mereka yang tidak. Ini membuat mereka memiliki rasa harga diri dan nilai-nilai lain yang dibentuk oleh ayahnya seperti etos kerja, hubungan yang sehat, dan sifat melindungi seluruh anggota keluarga.



BACA JUGA : Orang Tua Perlu Waspada, Inilah Bahaya Sering Unggah Foto Anak ke Media Sosial

Membentuk Karakter

Anak lelaki memperhatikan karakter ayahnya lalu meniru apa yang mereka lihat.
Ayah bisa mencontohkan karakter positif seperti kejujuran, keberanian, keadilan, wawasan yang luas serta bagaimana berkontribusi positif bagi masyarakat. Anak-anak yang tidak mejadikan ayahnya sebagai panutan cenderung berkiblat pada selebritis, atlit populer, atau musisi sebagai model atau panutan hidupnya.

Mengajari Sikap Menghargai Orang Lain

Ayah yang tidak perhatian kepada anak lelakinya otomatis mengajarkan sikap tidak menghargai orang lain. Hal-hal yang bisa dilakukan oleh para Ayah jaman sekarang untuk mengajari-anak anak sikap menghargai orang lain dengan cara mendengarkan, membangun rasa percaya, kesopanan, dan batas-batas dalam pergaulan.

Mengisi Ruang Hampa pada Jiwa Anak

Anak yang tidak memiliki ayah, atau ayah tidak dekat dengannya cenderung merasa bahwa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Inilah mengapa anak-anak yang tidak dekat dengan ayahnya atau tidak memiliki ayah cenderung lari ke seks, pornografi, kekerasan, obat-obatan, atau sikap-sikap yang merusak dirinya sendiri. Kehadiran Ayah membuat anak merasa lengkap dan penuh.



BACA JUGA : Cara Cerdaskan Anak ketika Masih dalam Kandungan!

Memberi Pemahaman tentang Seks

Anak laki-laki juga banyak pertanyaan tentang seks, terlebih saat memasuki masa pubertas. Ayah bisa mengajari mereka tentang tanda-tanda baligh, mimpi basah, perbedaan mani dan madzi, mandi junub, aurat, dan prilaku seksual yang sehat, mereka tidak akan nyaman membicarakan hal-hal seperti ini dengan ibunya. Bila tidak, mereka akan mencari sendiri dan bisa terjerumus dalam pornografi.

Mengajari Makna Cinta

Anak yang merasa dicintai oleh ayahnya akan belajar banyak hal tentang kepercayaan dan kasih sayang. Mereka akan memandang cinta sebagai hal yang melahirkan rasa bahagia. Sedangkan anak lelaki yang merasa diabaikan oleh ayahnya justru melihat cinta sebagai kerapuhan, kepercayaan sebagai hal lemah yang buruk, sehigga merekapun kesulitan membangun hubungan pernikahan yang sehat.

Bagaimana para Ayah, siap bermain dan menjadi sahabat anak? Ayo lakukan mulai sekarang demi tumbuh kembang buah hati kita hingga akhirnya ia bisa menjadi sosok yang membanggakan sesuai dengan yang kita harapkan.

Sumber : AsuhAnak
Seorang siswi SMP Negeri Satu Atap (Satap) Nunpo yang berdomisili di desa Haumeni Ana perbatasan Indonesia - Republik Demokratik Timor Leste (RDTL), Nusa Tenggara Timur, terpaksa mengikuti Ujian Nasional (UN) di rumahnya.

Siswi ini merupakan korban kekerasan seksual, yang mengakibatkannya hamil dan harus melahirkan mendekati jadwal pelaksanaan UN.



Atas pertimbangan faktor psikologi dan keinginan kuat dari korban untuk melanjutkan pendidikan, pihak sekolah memberikan kesempatan pada korban agar melaksanakan UN di rumahnya, sambil mengurus bayinya yang baru lahir.

Saat mengerjakan, terlihat usaha keras YK dalam menjawab setiap soal pada lembar soal UN di hadapannya. Sambil menggenggam sebatang pensil di tangan kanannya, siswi berusia 16 tahun ini tak ragu bangkit dari tempatnya duduk dan menghampiri bayinya kala menangis. Dia lantas menyusui bayinya itu sampai tenang.

Namun, aktivitas ini harus dilakukannya sambil mengerjakan soal. Tak ada keistimewaan yang diberikan padanya, sehingga dia harus berjuang menyelesaikan soal dalam waktu yang sudah ditentukan. Begitulah cara YK menjalani UN selama tiga hari terakhir.

Ruang ujian khusus di rumahnya ini sedari awal disiapkan orangtuanya, agar YK bisa menyelesaikan pendidikannya tingkat SMP. Sebelum pengawas mendatangi rumahnya, orangtua YK sudah sibuk membantu mempersiapkan meja dan kursi untuk putri mereka.

Kursi dan meja hasil pinjaman tetangga itu disiapkan di ruang depan, agar putrinya bisa nyaman mengikuti ujian, sambil mengawasi bayinya.

Demi terjaganya dokumen kerahasiaan negara, pengawas ujian dari sekolah dan pihak keamanan terus mengawal YK. Sesekali, ibunya juga terlihat bergantian menggendong bayi mungil itu saat tangisnya tak reda-reda. Sedangkan ayahnya, duduk menemani kepala sekolah dalam mengawasi.

Dukungan moril dari tetangga dan orangtua dalam menyemangati YK menyelesaikan soal ujian, membulatkan tekadnya untuk melanjutkan pendidikan sampai ke SLTA.

Niat ini pun didukung penuh Kepala Sekolahnya, Joseph Ceunfin. Kepala Sekolah berharap pemerintah melihat YK sebagai siswa yang tercatat sebagai peserta UN 2016, sehingga tetap dibiarkan mengikuti ujian akhir. Menurut Ceunfin, YK adalah korban kejahatan dan semestinya tidak ikut menjadi korban dunia pendidikan.

"Saya ingin anak saya tetap melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, anak saya ini korban dari perbuatan Omnya," ujar ayah YK, Antonio Da Cunha saat ditemui di rumahnya, Rabu, 11 Mei 2016.

Antonio pun merasa puas dengan pelaksanaan UN di rumahnya ini. Apalagi dari pengakuan YK kepadanya, dia bisa menyelesaikan semua soal dengan baik. "Saya senang, menurut YK, dia dapat menyelesaikan soal ujian dengan cepat. Setiap hari di rumah dia mengurus bayinya sambil belajar," ujar Antonio mengungkapkan perjuangan YK sebelum UN.

Kepala Sekolah SMP Negeri Satap Nunpo, Joseph Ceunfin, juga mengisahkan awal mula dia melihat perubahan pada tubuh muridnya. Beberapa guru bahkan memintanya untuk menanyakan kondisi yang dialami siswanya itu. Setelah YK akhirnya mengakui apa yang telah dia alami, Ceunfin langsung berkoordinasi dengan Kadis PPO kabupaten, untuk meminta kebijakan agar siswinya itu tetap bisa mengikuti UN.

"Setelah mendengar cerita langsung dari siswa saya, sebagai kepala sekolah saya langsung mengambil langkah melaporkan ke Dinas PPO untuk memohon pertimbangan Bapak Kadis. Karena anak ini juga sudah terdaftar sebagai peserta UN 2015 -2016, anak ini tidak boleh berhenti sekolah. Dia harus selesaikan sekolahnya," ungkap Ceunfin terharu.

“Kemudian dia harus menjadi korban segalanya, termasuk korban melahirkan, memelihara dan membesarkan anak, sehingga dia tidak boleh lagi menjadi korban dalam dunia pendidikannya," Ceunfin menambahkan.

Tak hanya mendatangi PPO di kabupaten, Kepala Sekolah pun meminta agar ada panitia penyelenggara UN ikut memantau YK di rumahnya. "Demi kelancaran ujian di rumah. Saya juga datangkan pengawas dan pihak keamanan untuk bisa tetap terjaga dokumen negara yang bersifat rahasia selama ujian berlangsung di rumahnya," ucap Ceunfin.

Terakhir, Ceunfin hanya berharap YK bisa diperbolehkan melanjutkan sekolah. Sebab, ke depannya YK juga mesti membesarkan dan menghidupi anaknya itu.

"Saya berharap, oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas PPO bisa mempertimbangkan agar dia tetap melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, semisal sekolah kejuruan agar dia bisa mendapat keterampilan sebagai bekal hidup mandiri."

YK, siswi SMP Negeri Satap Nunpo ini merupakan korban perkosaan oleh pamannya pada 2015 lalu. YK baru melahirkan anaknya akhir Februari 2016 lalu. Proses hukum terhadap kasus pemerkosaan ini masih berjalan. Tersangka Paulus Timo pun masih mendekam di sel tahanan Mapolres Timor Tengah Utara, menunggu proses pengadilan.

Kita tentunya berharap apa yang menimpa YK ini tidak akan kembali terulang pada gadis manapun di kemudian hari. Semoga para pelaku kejahatan seksual mendapatkan hukuman yang berat, sehingga membuatnya jera, serta menjadi contoh kepada semua orang agar tidak melakukan tindak kejahatan serupa kepada siapapun.

Ujian Nasional tingkat SMP sederajat sudah dilaksanakan serempak sejak 9 Mei dan berakhir 12 Mei ini. Tercatat, sebanyak 1.501 peserta kesetaraan SMP atau paket B yang terdaftar sebagai peserta Ujian Nasional tahun ini dan dilaksanakan di 32 lembaga PKBM. Selain itu, ada 250 peserta Paket B yang tidak hadir ujian, dengan rincian peserta laki-laki 135 orang dan wanita 115 orang.

BACA JUGA :
  1. heboh mobil Fortuner seharga 350 juta di corat coret hanya untuk rayakan kelulusan
  2. 20 rumah yang tidak akan pernah di masuki malaikat

Kasi Aksara Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro Wahyu, mengatakan, 250 peserta yang tak hadir ikut Ujian Nasional itu tidak dapat mengikuti ujian susulan. Sebab, ketidakhadiran mereka tidak dilengkapi izin."Ada satu peserta yang sakit kita datangi rumahnya untuk memberikan pilihan apakah ujian susulan atau langsung dikerjakan, dan ternyata memilih mengikuti susulan yang dilaksanakan pada akhir Mei," ujarnya.

Sementara untuk UN kesetaraan Paket B dilaksanakan saat ujian SMP selesai, yakni mulai pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. "Pelaksanaan ujian nasional paket B selama 4 hari ini berjalan cukup lancar," imbuhnya. (mol/tap)


Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) jadi solusi bagi mereka yang tak mendapat hasil memuaskan kemarin, Senin (9/5). Ya, pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) memang dipercepat. Menurut Ketua Panitia SNMPTN 2016, Rochmat Wahab, hal itu adalah upaya agar peserta bisa mendaftar SBMPTN sehari lebih cepat.

BACA JUGA :
  1. BAgaimana Jadinya Tokoh Mr Bean Yang Kocak Di Edit Menjadi Tokoh Lainnya
  2. Racun Ikan Buntal Tewaskan 4 Orang Anak
  3. Sungguh Memilukan pria Ini Tega Putuskan Pacar Hanya Karena Lupa Makeup

Meski beberapa ada yang melontarkan protes soal transparasi SNMPTN, namun nyatanya tak sedikit juga yang optimis menatap SBMPTN. Para peserta dan non-peserta SBMPTN pun berkicau soal optimisme mengejar kursi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Berikut beberapa di antaranya.

Masih ingat dengan video siswi SMA yang berani bentak polisi dan mengaku sebagai anak Jenderal saat kena tilang lantaran melanggar peraturan lalu lintas beberapa waktu yang lalu? Mungkin bagi sebagian orang, masih ingat betul dengan figure Sonya Depari, pelajar asal Medan Sumatera Utara yang sempat bikin heboh jagat maya tersebut.



Gadis belia bernama lengkap Sonya Ekarina Sembiring tersebut membawa serta nama Deputi Penindakan BNN Irjen Pol Arman Depari sebagai tameng untuk melawan polwan yang hendak menilangnya. Dan ternyata, sang jenderal bukanlah ayah kandungnya seperti yang ia katakan.

Belakangan, sosok gadis berusia 18 tahun itu kembali muncul pada sebuah foto yang beredar luas di dunia maya, di mana dalam potret tersebut terlihat dirinya berpose bersama Ipda Perida, polwan yang tempo hari sempat dibanjiri kata-kata makian, dengan lengan saling merangkul.



Di samping itu, Sonya didaulat sebagai Duta Anti Narkoba oleh gereja reformis di Medan. Pada Sabtu, 7 Mei silam, Sonya datang untuk memenuhi undangan dari panitia gereja dan Badan Narkotika Nasional (BNN) di Lapangan Banteng, Medan.

Penetapan perempuan berambut panjang tersebut sebagai Duta Anti Narkoba merupakan upaya pengembalian kepercayaan diri Sonya Depari dan ia dianggap mampu mewakili para pemuda gereja di Medan.



BACA JUGA : Ngakak! Saking Kreatifnya, Anak SD Ini dapat Nilai NOL Besar dalam Ujiannya

Alasan mereka menunjuk Sonya Depari menjadi duta anti narkoba oleh gereja-gereja reformis bukan tanpa sebab. Pasalnya, kata Washington, Sonya dianggap pintar dan berprestasi di sekolahnya.

Gadis belia ini menjadi duta anti Narkoba untuk kalangan remaja di Medan maupun secara nasional. Tak khayal, setelah dinobatkan sebagai Duta Anti Narkoba, Sonya Depari kembali populer.

Bagaimana menurut kalian dengan penetapan Sonya Depari sebagai Duta Anti Narkoba ini guys? Setujukah kalian? Share pendapat kalian di kolom komentar ya guys, kami tunggu…

Sumber : Viva
Dalam mengerjakan soal ujian, umumnya kita akan menjawab sebaik mungkin yang kita bisa agar bisa mendapatkan hasil nilai yang baik. Namun, hal itu tampaknya berbeda dengan bocah murid kelas 4 SD yang satu ini.

Siswa bernama Ahmad A. dengan nomor absen 29 ini bisa dibilang sangat ‘kreatif’. Namun, ‘kreatif’-nya ini bukan mendatangkan pujian atau kekaguman, malah membawa malapetakan baginya.

Bagaimana tidak, karena kekreatifannya itu, ia justru mendapat nilai NOL besar dari gurunya. Lho, bagaimana bisa siswa yang kreatif malah bisa dapat nilai NOL?



Nilai itu terpaksa ia terima lantaran ia menjawab soal IPA dengan jawaban berupa gambar. Entah apa yang ia pikirkan saat itu sehingga ia menjawab semua soal yang diberikan dengan gambar-gambar.

Seperti pada pertanyaan nomor 1, pertanyaannya adalah tentang cara katak bergerak yang seharusnya ia isi dengan jawaban melompat, tapi justru titik-titik jawaban ia isi dengan gambar katak.

Bisa jadi anak ini lebih dominan otak kanan, sehingga imajinasinya sangat tinggi. Tapi, ini bukanlah pelajaran menggambar, sehingga gurunya terpaksa harus memberikan nilai NOL padanya, disertai dengan tulisan pesan “Kebanyakan ngayal kamu!”.

BACA JUGA : Ternyata Inilah Nama Asli dari Tom & Jerry yang Tidak Banyak Orang Tahu

Hahaha… Ada-ada saja ya sob. Gimana menurut kalian? Apakah jawaban anak ini benar atau ia memang terlalu banyak berkhayal seperti yang dikatakan oleh gurunya? Jika kamu jadi gurunya Ahmad, apa kamu juga akan memberikan nilai NOL padanya?

Mungkin anak ini memang berbakat dalam hal menggambar, bukan pada bidang akademis. Karena memang setiap anak memiliki potensi yang berbeda. Tapi, perlu dilakukan pendekatan khusus juga pada anak seperti ini agar mereka dapat lebih serius belajar dan tidak menganggap sekolah sebagai suatu hal untuk main-main saja.

Sumber : Pulsk