Selamat Datang di Dunia Informasi Terkini...
VIDDYNEWS.BLOGSPOT.CO.ID - Media informasi dan pengetahuan disekitar kita
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Kasus pelecehan seksual yang dilakukan orang dewasa terhadap anak di bawah umur belakangan ini semakin marak terjadi. Hal ini tentunya membuat para orang tua agar lebih protektif dalam menjaga buah hatinya agar tidak menjadi korban para predator anak.

Perlindungan terhadap anak-anak dari pemangsa-pemangsa seksual ini dilakukan mulai dari memberikan pengertian bagian tubuh mana yang sebaiknya tidak disentuh orang lain, The Underwear Rules, hingga membatasi penggunaan sosial media yang berpotensi mempertemukan anak dengan orang asing di luar lingkaran pergaulan sehari-hari.


Sosial media dan internet sering digunakan sebagai pintu masuk para pelaku pedofil untuk memudahkannya dalam menemukan mangsanya. Baru-baru ini FBI menemukan lima simbol yang digunakan oleh para pedofil untuk menunjukkan kelompok target incarannya.

Dilansir dari laman dailymail.co.uk, simbol-simbol ini mungkin terlihat wajar, tetapi menyimpan makna semiotik di dalamnya. Jika para orang tua menemui simbol-simbol ini beredar di sosial media anak Anda, sebaiknya berhati-hatilah. Atau meminta anak untuk menghapus akun tersebut dari daftar pertemanannya.

BoyLover Logo


BoyLover Logo adalah simbol berupa segitiga spiral berwarna biru tua. Simbol ini digunakan pedofilia yang mengincar target anak laki-laki.

LittleBoyLover Logo


Hampir menyerupai simbol BoyLover, tetapi simbol ini lebih membulat dan berwarna biru muda. Para pedofilia yang menunjukkan simbol ini menyukai anak laki-laki balita atau batuta.

GirlLover Logo


Tanda pedofilia yang mengincar anak perempuan adalah simbol hati di dalam hati berwarna merah muda.

ChildLover Logo



Jika Anda menemui simbol kupu-kupu berwarna pink dan ungu yang sayapnya lebih menyerupai bentuk hati, awas! Pedofil tersebut tidak memiliki preferensi jenis kelamin apapun alias tertarik dengan anak laki-laki maupun perempuan.

Sementara itu, ada sebuah logo lain yang banyak beredar yaitu CLOMAL (Childlove Online Media Activism). CLOMAL digunakan oleh para pedofil untuk mempromosikan sexual relationship antara orang dewasa dan anak-anak, bahwa hal ini sebaiknya tidak dikategorikan sebagai kriminalitas.


Mirisnya, logo-logo ini banyak ditemukan di mainan anak-anak. Nicole O'Kelly, seorang ibu dari Syracuse, New York, membeli sebuah mainan untuk anak perempuannya yang berusia 2 tahun. Beruntung, anaknya yang lebih tua menemukan sebuah simbol yang pernah muncul dalam episode serial drama Law and Order tentang pedofilia. Kisah lain pun terungkap saat ada laporan yang masuk dan memaksa sebuah acara televisi bertema otomotif, mengambil gambar sebuah truk berisi mainan anak yang menampilkan simbol-simbol pedofilia.

Terkadang para orang tua memang tak bisa sepenuhnya membentengi anak-anak dari serangan predator online. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana orang tua lebih mawas diri, memahami penggunaan sosial media serta membatasi akses penggunaan teknologi digital pada anak-anak yang masih membutuhkan pendampingan khusus. Jangan sampai anak kita menjadi korban dari kejahatan seksual oleh para pelaku pedofil. Semoga informasi ini bermanfaat.
Di era jaman yang semakin yang semakin maju dengan kehadiran berbagai teknologi canggih ini, manusia menjadi semakin ketergantungan dan tak bisa lepas dari alat-alat elektronik yang dapat menunjung kehidupannya, khususnya smartphone/gadget.

Mungkin kita seringkali merasa gelisah dan tak nyaman saat tidak memegang gadget dalam satu hari saja. Rasanya ada sesuatu yang kurang pada diri kita. Sekarang, hal ini juga dialami oleh anak-anak, bahkan balita. Mereka yang sudah terbiasa memegang gadget, tentunya akan menjadi ketergantungan pada gadget dan sulit untuk lepas darinya. Padahal, hal ini tentu tidak baik untuk tumbuh kembangnya dan berbahaya bagi kesehatannya.



Salah satu dampak negatif gadget bagi kesehatan anak yaitu mempengaruhi perkembangan dan pola hidup. Dengan semakin menariknya fitur pada gadget maka akan membuat anak lebih senang memainkan barang elektronik tersebut. Bahkan hal ini akan membuat anak tidak bisa bersosialisasi dan malas untuk belajar. Mereka menjadi cenderung memiliki sikap anti-sosial dan kurang peduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya.

Dampak jangka panjangnya yaitu akan membuat anak tumbuh dengan pribadi yang individualis dan egois. Prestasi anak bisa menurun akibat terlalu asik maen gadget dan enggan untuk belajar. Lebih parahnya lagi kecanduan gadget bisa membuat si kecil kehilangan waktu tidur akibat terlalu asik memainkan benda tersebut.

Gadget tidak dilarang untuk anak, hanya saja dalam hal ini orangtua harus memberikan batasan dan kontrol penggunaan gadget. Bimbingan dan pengawasan dari orangtua memang menjadi salah satu faktor penting untuk menghindari dampak negatif dari gadget.

Berikut Tips Mengatasi Kecanduan Gadget Pada Anak

Hindari Memperkenalkan Gadget di Usia Dini


Pada zaman sekarang mungkin akan kita jumpai anak-anak kecil yang sudah mahir dalam menggunakan gadget. Hal ini nampaknya kurang kontrol dari orangtua sehingga beresiko terhadap kecanduan gadget. Maka dari itu, sebaiknya gadget diperkenalkan pada anak ketika sudah mengerti dan bisa membedakan mana yang baik atau tidak. Jangan memperkenalkan gadget pada anak di usia yang masih terlalu dini karena bisa berdampak terhadap kesehatan dan tumbuh kembangnya.

Jangan Gunakan Gadget di Depan Anak-anak


Anak-anak cenderung mengikuti kebiasaan orang dewasa. Kalau kamu selalu terlihat sibuk dengan gadget, mereka akan berpikir bahwa itu hal yang seru. Jadi, usahakan tidak terlihat oleh anak-anak saat kamu berkutat dengan gadget.

Berikan Pemahaman Pada Anak

Langkah selanjutnya yaitu berikan pemahaman pada anak mengenai cara yang baik dalam menggunakan gadget. Pada intinya berikan pengarahan supaya anak tidak menggunakan gadget dalam waktu lama. Nasihati si kecil secara perlahan dan jangan memaksan padanya untuk menghindari gadget karena justru akan membuat anak semakin penasaran.

Batasi Waktu Bermain Gadget


Jangan biarkan mereka bermain gadget seharian. Berikan batasan misalnya satu jam saja dalam sehari, atau hanya boleh saat hari libur saja.

Berikan Alternatif Mainan Lain


Kalau ada mainan lain yang lebih seru, mereka pasti akan berpaling dari gadget-nya. Coba berikan mainan lain yang menarik dan edukatif, misalnya LEGO, bermain monopoli atau ular tangga bersama-sama dengan orang tua dan saudara, pasti akan jauh lebih menyenangkan.

Ajak Mereka Bermain di Luar


Aktifitas luar ruangan mampu meningkatkan kemampuan motorik dan sosial anak. Jadi, sering-seringlah mengajak mereka bermain di taman, berlari-larian, bermain layangan, gelembung sabun, berenang, dan sebagainya.

Jadilah Contoh yang Baik

Jangan hanya melarang saja, namun orang tua juga harus menjadi contoh yang baik bagi anak. Ketika di rumah, sebaiknya jangan terlalu lama atau terlalu asik bermain gadget. Contoh nyata nampaknya akan lebih mudah untuk ditiru oleh anak sehingga secara perlahan akan enjadi kebiasaan baik yang terus berlanjut hingga si anak tumbuh dewasa.

Demikian beberapa poin penting untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak. Perhatian dan bimbingan orang tua pada anak adalah kunci untuk menghindari kecanduan gadget. Semoga dengan begitu anak akan menjadi jauh lebih sehat dan semangat belajarnya meningkat. Semoga bermanfaat.
Matematika seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan bagi sebagian anak. Banyaknya angka dan rumus-rumus yang tak cuma harus dihafal, tapi juga dimengerti dan dipahami seakan menjadi momok yang menakutkan bagi mereka.

Seringkali guru dan orang tua juga mengalami kesulitan dalam mengajari anak-anak dalam pelajaran Matematika. Kesulitan dalam mengajarkan matematika bukan karena materi yang sulit. Melainkan karena penyampaian materinya yang sulit dimengerti oleh anak. Akhirnya anak pun merasa stress dan tidak menyukai pelajaran ini sehingga berdampak pada nilai pelajarannya.



Untuk itu, sebelum anak memasuki usia sekolah, tak ada salahnya belajar Matematika dimulai dari rumah. Namun yang perlu diperhatikan adalah, untuk mengajarkan Matematika pada anak usia dini tentunya harus dengan metode belajar yang menyenangkan dan tak perlu menggunakan buku atau tulisan. Dengan demikian, kegiatan belajar Matematika akan serasa seperti sedang bermain.

Untuk anak-anak usia dini, mengajarkan matematika sebaiknya dengan hal-hal yang menyenangkan dan mudah ditemui setiap hari. Berikut 3 tips yang dikutip dari vemale.com yang bisa dicontoh oleh para ibu dalam mengajarkan matematika pada anak usia dini.

Menggunakan Anggota Tubuh

Gunakan jari tangan, jari kaki, mata, telinga dan anggota tubuh lainnya untuk menunjukkan jumlah-jumlah matematis yang bisa ditunjukkan anggota tubuh.

Menggunakan Dramatisasi Matematika

Ajak anak merasakan bentuk bola, prisma, segitiga sama sisi atau bersama teman-temannya menghitung lompatan. Hal ini akan membuat mereka belajar matematika dengan gembira karena merasa seperti bermain-main saja.

Menggunakan Mainan Anak


Buatlah konsep bermain yang menyenangkan, misalnya membuat toko. Minta anak berpura-pura menjadi penjual dan menghitung jumlah jualannya. Dengan cara ini mereka belajar berhitung aritmatika dan konsep uang.

Selain berpura-pura menjadi penjual di toko, bunda juga bisa memanfaatkan mainan-mainan kecil lainnya seperti LEGO, mobil-mobilan kecil, kelereng atau mainan lainnya yang dimiliki untuk mengajarkan konsep matematis pada anak.

Demikian tips untuk mengajarkan Matematika pada anak usia dini dengan metode yang menarik dan menyenangkan sesuai dengan usia mereka. Jika bunda ada ide lain yang bisa diterapkan untuk mengajarkan Matematika pada anak, bunda bisa sharing melalui komentar di bawah ini agar semakin banyak orang tua yang bisa menerapkannya pada buah hatinya. Semoga bermanfaat.
Setiap anak lahir dengan karakter dan watak bawaan yang berbeda-beda. Ada yang ceria, pendiam, pemberani, pemalu, penakut, dll. Dan setiap orang tua tentunya diharapkan untuk bisa memahami karakter dari buah hati mereka agar mereka dapat menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada anak.

Dari beberapa karakter yang dimiliki anak, sekitar 15 persen anak termasuk pemalu dan lambat beradaptasi dengan suasana baru. Hal itu sebetulnya sudah bisa dilihat sejak mereka masih bayi. Di usia sekitar tujuh hingga sembilan bulan, bayi biasanya tersenyum kepada orang baru yang menggodanya. Tetapi, anak yang pemalu justru akan rewel, atau menangis dan menyembunyikan wajah di pelukan mama atau pengasuhnya.


Anak yang memiliki karakter seperti itu biasanya juga lebih peka dan sensitif. Sedikit perubahan saja terhadap rutinitas sudah bisa membuat ia merasa tidak nyaman, rewel, atau bahkan ketakutan. Ia juga cenderung merupakan pengamat yang baik, sehingga dengan cepat ia akan mengenali beberapa tanda di jalan menuju tempat praktik dokter. Tak heran kalau ia sudah mulai menangis, bahkan sebelum tiba di sana.

Berikut langkah-langkah atau solusi yang harus orang tua lakukan dalam menghadapi anak yang pemalu, penakut dan sulit beradaptasi dengan lingkungan barunya yang dikutip dari laman parenting.co.id.

Kiat untuk orang tua dalam menghadapi anak pemalu



- Bersikap ekstra sabar. Bila satu dua kali Anda tidak berhasil membujuknya, biarkan saja. Tetaplah mengajak ia ke taman bermain yang sama sampai ia merasa lebih familier. Setelah merasa lebih nyaman, tanpa Anda bujuk pun, pelan-pelan ia akan mencoba bermain dengan mainan yang diam-diam sebetulnya sudah lama ia incar dan ingin ia mainkan.

- Hindari memarahi, memaksa, atau memberi ia tekanan. Langsung ‘menceburkannya’ ke dalam situasi baru tanpa membiarkan ia pelan-pelan beradaptasi, bisa membuat ia semakin takut dan menarik diri. Usahakan agar Anda juga tidak melontarkan kalimat-kalimat pedas sebagai ekspresi kejengkelan. Itu justru akan membuat nyalinya semakin ciut.

Bila ayah/bunda memperlakukannya secara tepat dan bersikap menghargai, maka percayalah, ia akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan bahagia. Tentunya itu yang semua orang tua harapkan, bukan? Semoga informasi ini bermanfaat untuk kita semua.
Kasus kekerasan dan pelecehan seksual belakangan ini semakin marak terjadi. Kekerasan seksual ini juga bisa terjadi kepada siapa saja, bahkan tak jarang anak-anak di bawah umur yang menjadi korban dari kejahatan seksual para predator anak.


Anak yang masih lemah dan polos cenderung menjadi sasaran para pelaku kejahatan seksual. Oleh sebab itu, para orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap hal-hal yang yang membahayakan anak.

Dikutip dari vemale.com, ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah kemungkinan hal tersebut terjadi pada anak-anak kita.

Ikut campur kehidupan anak

Ikut campur dalam hal ini dalam arti mengetahui apa saja yang dilakukan anak setiap harinya. Tanya anak apa saja yang mereka lakukan, di mana dan bersama siapa. Ke mana mereka pergi biasanya dan lain sebagainya. Biasakan anak untuk menceritakan keseharian mereka agar anak lebih terbuka.

Ketahui orang-orang di sekitar anak

Selain keluarga dekat atau saudara di rumah, ketahui siapa saja orang-orang yang ada di sekitar anak, yang mereka kenal, entah itu teman, orangtua teman, guru, pelatih dan lain sebagainya. Dan tanya bagaimana pendapat anak tentang orang-orang tersebut.

Ketahui pendapat anak tentang berita

Jangan mencegah anak untuk tahu apa yang terjadi di media, meski memang orangtua juga perlu hati-hati memberitahu anak. Tanya mereka apakah ada hal-hal semacam ini yang terjadi di sekolah atau tempat les. Buat mereka paham bahwa hal ini penting dibicarakan dan buat mereka nyaman untuk menceritakan hal-hal seperti ini.

Ketahui perubahan yang terjadi pada anak

Lebih perhatian dan ketahui jika ada perubahan-perubahan tertentu pada anak. Tanya apa yang terjadi dan apa yang mereka rasakan. Mengapa hal itu bisa terjadi dan mulai kapan.


Ajari anak tentang pertahanan diri

Ini langkah yang paling penting, mengajari anak untuk melindungi diri sendiri. Ajari anak bahwa tak seorang pun bisa menyentuh bagian tubuh mereka, sehingga membuat mereka tidak nyaman. Hal ini termasuk pelukan, rabaan, atau menggelitiki. Tekankan bahwa mereka perlu marah jika orang lain menyentuh tanpa seizinnya.

Jangan berikan pakaian terbuka pada anak perempuan

Perkara memberikan atau memilih pakaian untuk anak juga perlu menjadi perhatian bagi orang tua. Memang banyak sekali model pakaian anak yang lucu-lucu, keren, dan dapat membuat anak tampil semakin cantik. Namun, pikirkan juga bahwa pakaian juga berperan penting untuk melindungi dirinya dari bahaya kekerasan seksual.

Itu yang bisa orang tua lakukan untuk dapat melindungi anak-anak kita dari bahaya kekerasan seksual. Tekankan pada mereka bahwa tubuh mereka bukan benda yang bisa disentuh sembarang orang. Biasakan anak untuk menceritakan apa yang membuat mereka tidak nyaman dan beritahu anak bahwa sebagai orang tua, kita selalu ada untuk mereka.
Anak yang memiliki saudara, baik kakak atau adik, tentunya memiliki kehidupan yang berbeda, tak seperti anak tunggal yang sendirian. Hidup mereka akan lebih berwarna dan jarang merasakan kesepian. Bagaimana tidak, setiap hari mereka selalu bertemu di rumah, namun terkadang hubungan di antara mereka juga diwarnai oleh rasa benci dan cinta.



BACA JUGA : STOP Pukul Anak! Terbukti, Kebiasaan Memukul Anak Justru Bikin Anak Makin Agresif dan Jahat

Terkadang anak akan merasa iri, marah, kesal, kecewa, terganggu, atau dibuat sedih oleh saudaranya. Bahkan, seringkali ayah atau bunda terpaksa harus ikut turun tangan untuk melerai pertengkaran kakak beradik yang keduanya tak mau kalah satu sama lain.

Namun, ada kalanya juga mereka akan merasa sangat sayang dan kangen jika tak bertemu dengan saudaranya, benar tidak bun? Inilah yang mungkin membedakan antara teman dengan saudara kandung. Lucunya, saudara yang sering bertengkar seringkali justru lebih sayang dan dekat daripada saudara kandung yang tak pernah bertengkar.

Ini karena antara saudara kandung, orang tak perlu berpura-pura menjadi orang lain. Merea sudah tahu baik buruknya seperti apa, sudah tahu karakter masing-masing, dan meskipun kesal minta ampun, tapi yang namanya saudara pasti bisa menerima apa adanya.



BACA JUGA : Inilah 5 Hal Penting yang Perlu Orang Tua Pahami Tentang Imunisasi

Inilah yang secara kasat mata ternyata mampu membuat ikatan batin dan rasa sayang yang kuat antara saudara kandung. Mereka pun secara tak langsung dapat mengembangkan rasa empati, peduli, toleransi, dan berbagai emosi lainnya secara sosial. Mereka juga bisa belajar banyak dari saudaranya tanpa mereka sadari.

Bagaimana pun, seperti kata pepatah "darah lebih kental dari air", begitu juga hubungan anak-anak dengan kakak atau adik kandungnya. Itu jugalah mengapa, orang yang lahir dengan saudara kandung lebih baik daripada anak tunggal.

Dan yang pasti, momen-momen seperti itu akan sangat dirindukan saat mereka telah dewasa kelak. Di mana mereka sering bertengkar karena hal-hal sepeleh, seperti berebut mainan atau makanan. Namun, hanya dalam waktu yang singkat, mereka bisa rukun kembali dan saling menyayangi. Indahnya momen-momen seperti itu dan tak akan pernah terulang kembali.

Namun, peran orang tua juga sangat dibutuhkan saat anak bertengkar. Mungkin jika hanya pertengkaran mulut saja masih sangat wajar. Tapi, jika sudah menggunakan kekerasan, mungkin orang tua bisa bertindak sebagai seorang wasit yang dituntut untuk bersikap tegas dan memberi pengertian pada mereka agar tidak berbuat kekerasan pada saudaranya.

Semoga informasi berikut dapat bermanfaat untuk kita semua. Semoga anak-anak kita selalu rukun dan saling menyayangi saudaranya satu sama lain.
Sebagai orang tua, khususnya seorang ibu, tentu sebisa mungkin melakukan yang terbaik untuk buah hatinya, termasuk melindungi mereka dari berbagai macam hal yang dapat membahayakan kesehatannya.  Salah satunya dengan memberikan imunisasi pada si kecil agar tubuh mungil mereka mampu melawan berbagai virus atau infeksi penyakit berbahaya yang dapat menyerang si kecil.



BACA JUGA : STOP Pukul Anak! Terbukti, Kebiasaan Memukul Anak Justru Bikin Anak Makin Agresif dan Jahat

Namun, sebagian orang tua ada yang menolak pemberian imunisasi pada anak mereka karena suatu alasan. Untuk itu, bunda perlu mengerti dan memahami segala hal yang menyangkut imunisasi agar bunda dapat membuat keputusan terbaik untuk si kecil apakah ia perlu diimunisasi atau tidak.

Berikut 5 hal penting seputar imunisasi yang penting untuk kita ketahui seperti yang dilansir dari situs parenting.com :

Ketahui jadwal imunisasi yang terbaru



Sangat penting bagi Bunda untuk mengetahui jadwal imunisasi untuk buah hati Anda termasuk jadwal yang paling baru jika ada. Ketahui pula manfaat setiap vaksin yang diberikan pada buah hati Anda sehingga Bunda tahu si kecil terlindungi dari infeksi apa saja. Dengan demikian, Bunda tidak akan ketinggalan untuk memberikan vaksin pada si kecil.

Tidak perlu menunda waktu imunisasi

Bunda mungkin berpikir menunda imunisasi baik agar tubuh si kecil lebih kuat menghadapi vaksinasi. Kenyataannya, Anda tidak akan membuat imunisasi lebih aman dengan menunggu. Justru si kecil bisa beresiko terserang berbagai macam penyakit. Jadi, akan lebih baik bagi Bunda untuk tidak menunda waktu imunisasi pada si kecil.

Setiap anggota keluarga wajib diimunisasi

Tidak hanya bayi Anda saja yang perlu diimunisasi, anggota keluarga yang lain juga wajib diberi vaksin terutama jika Anda sekeluarga akan bepergian ke luar negeri. Bunda perlu memahami bagaimana imunisasi dapat melindungi orang-orang yang rawan terserang penyakit seperti bayi, wanita hamil, kakek nenek, dan anggota keluarga dengan penyakit kronis.

Imunisasi memberi perlindungan yang kuat



BACA JUGA : Tips Mudah Agar Anak Tak Lagi Mengompol Saat Tidur

Bagi Bunda yang masih ragu untuk memberi vaksin pada si kecil atau tidak, ketahuilah bahwa imunisasi mampu memberikan perlindungan yang kuat dan tak tertandingi. Penyakit campak atau cacar air bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Namun, dengan imunisasi akibat yang buruk tersebut bisa diminimalisir lebih baik.

Resiko tidak mendapatkan imunisasi lebih berbahaya dari imunisasi itu sendiri

Bunda mungkin tidak mau memberikan vaksin pada si kecil karena takut ia akan mengalami demam atau efek samping lainnya dari imunisasi. Namun, ketahuilah bahwa resiko tidak mendapatkan imunisasi jauh lebih berbahaya daripada risiko saat si kecil diimunisasi. Maka dari itu, jangan ragu untuk memberikan perlindungan yang terbaik bagi buah hati Anda.

Nah, bagaimana, Bunda? Apakah sekarang Bunda sudah lebih paham tentang imunisasi? Jadi, Bunda tak perlu ragu lagi untuk melindungi buah hati dengan memberikan imunisasi padanya. Semoga anak-anak kita selalu dalam keadaan sehat dan tumbuh dengan sempurna.
Setiap orang tua tentu memiliki cara berbeda dalam mendidik dan mendisiplinkan anak, salah satunya yang paling sering terjadi di kalangan para orang tua adalah dengan cara memukul. Entah itu memukul badan, pantat, atau kepala anak. Hal ini sering dilakukan oleh beberapa orang tua, apalagi jika anak mereka sulit diataur, keras kepala, dan suka berbuat nakal.



BACA JUGA : Penting! Inilah 6 Kesalahan yang Umumnya Dilakukan Oleh Seorang Ibu Setelah Melahirkan

Para orang tua beranggapan bahwa memukul anak dapat memberikan efek jera pada mereka. Anak akan lebih patuh dan tidak mengulangi kesalahannya lagi di lain waktu. Namun, taukah Anda jika cara tersebut adalah SALAH BESAR.

Mendidik anak dengan cara seperti ini justru memberi akibat buruk untuk anak. Dikutip dari vemale.com menyebutkan bahwa sebuah penelitian meta-analisis mengenai memukul pantat pada anak yang dilakukan selama lima dekade menunjukkan bahwa semakin sering anak dipukul, semakin besar keinginan anak menentang orangtuanya.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology ini menekankan bahwa kebiasaan memukul anak bisa memberi pengaruh buruk bukan hanya secara sikap tapi juga pemikiran. Dari pengalaman buruk yang mereka alami, pada akhirnya mereka juga membentuk pemikiran yang sama terhadap orangtuanya.

Para peneliti mengatakan bahwa anak-anak yang mendapat perlakuan kekerasan dari orangtuanya juga mengalami gangguan kesehatan mental, kesulitan dalam hal kognitif dan mengembangkan sikap anti-sosial serta agresif berlebihan.



BACA JUGA : Yuk, Kenali Karakter Anak! Inilah Karakter-karakter Anak yang Perlu Diketahui oleh Para Orang Tua

Para ahli dan pemerhati anak menyetujui hal ini, penelitian lain yang dilakukan Elizabeth Gershoff, profesor human development and family sciences dari The University of Texas juga menarik kesimpulan yang hampir sama.

Bahkan sikap dan pemikiran akibat kebiasaan memukul ini berkembang hingga dewasa. Orang dewasa yang dulunya mendapat perlakuan pemukulan saat kecil akan cenderung melakukan hal yang sama pada anaknya.
Perlakuan memukul sebagai teknik mendisiplinkan anak sebaiknya dihentikan dari sekarang, karena sebenarnya ada banyak cara manusiawi yang bisa dilakukan untuk memberi pengajaran yang baik pada anak.

Tujuannya memang baik, untuk mengatur dan mendisiplinkan anak, namun caranya yang kurang tepat. Mengajarkan anak dengan kekerasan justru akan memberikan pengalaman buruk untuk anak, dan mengganggu kesehatan mental mereka.

Untuk itu, ayah/bunda yang selama ini sering memukul anak untuk kesalahan yang mereka perbuat, sebaiknya mulai sekarang, ubahlah kebiasaan itu. Kalian tentunya tidak ingin kan jika anak-anak yang kalian sayangi tumbuh menjadi pribadi berwatak keras, kasar, dan suka menyakiti orang lain? Semua itu dimulai dari sekarang dan dari lingkungan yang paling dekat dengan anak, yaitu keluarga atau orang tuanya. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang bijak dan dapat menjadi panutan untuk anak-anak kita.
Bagi seorang ibu, tentunya banyak hal yang harus dilakukan setelah melahirkan. Bahkan banyak ibu yang kerepotan dan kewalahan dalam mengurus bayinya, terutama ibu yang baru melahirkan anak pertamanya. Tak sedikit pula ibu yang pada akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan jasa pengasuh bayi atau baby sitter.


BACA JUGA : Yuk, Kenali Karakter Anak! Inilah Karakter-karakter Anak yang Perlu Diketahui oleh Para Orang Tua

Namun, mahalnya jasa pengasuh bayi yang berpengalaman dan berkualitas menjadi alasan bagi para ibu untuk tidak memakai jasa mereka dan memilih mengurus bayi mereka sendiri. Tapi, setiap ibu pasti pernah berbuat kesalahan, karena menjadi seorang ibu bukanlah perkara yang mudah.

Setidaknya, ada 6 kesalahan yang umumnya dilakukan oleh ibu pasca melahirkan. Berikut penjelasannya :

1. Memforsir Tenaga dan Kurang Istirahat


Seorang  ibu membutuhkan banyak tenaga ekstra. Untuk itu, ibu sangat membutuhkan istirahat yang cukup. Selama masa nifas, ibu butuh istirahat selama 7-9 jam per hari. Namun sayangnya, banyak ibu yang terlalu memforsir tenaganya sehingga kurang tidur. Terutama para ibu baru yang tidak punya pengalaman sebelumnya harus begadang di beberapa bulan pertama setelah bayi lahir. Akibat kurang istirahat, tubuh pun jadi mudah lelah. Hal ini tidak akan terjadi apabila ibu bisa menyiasatinya. Ibu bisa mengatur waktu tidur dengan minta suami untuk bergantian mengasuh bayi ketika terbangun dari tidurnya. Lalu, pada siang atau sore hari ibu bisa istirahat ketika bayi tidur. Dengan begitu, jam tidur ibu pun tidak akan berantakan.

2. Dihantui Rasa Khawatir, Takut, dan Gelisah yang Berlebihan


BACA JUGA : MEMILUKAN Kisah Seorang Ibu Yang Gila Usai Melahirkan

Sebagai orang tua, wajar apabila ibu merasa khawatir pada bayinya yang baru lahir. Namun, yang harus diwaspadai adalah ketika rasa khawatir, takut, dan gelisah menjadi tidak terkontrol dan berlebihan. Hal itu sebaiknya diatasi sedini mungkin agar ibu tidak mengalami yang namanya depresi pasca persalinan (postpartum depression). Pasalnya, apabila ibu mengalami depresi, maka yang menjadi korban adalah bukan hanya diri ibu sendiri, tapi juga bayi yang baru saja ibu lahirkan.

3. Kalap Memborong Semua Barang Kebutuhan Bayi


Siapa sih yang tidak gemas melihat barang-barang bayi yang mungil dan lucu? Semua ibu pasti senang melihat barang-barang kebutuhan bayi karena terlihat menggemaskan. Namun, jangan sampai ibu kalap berbelanja dengan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Sebelum berbelanja, ibu sebaiknya menulis daftar belanja agar tidak kalap. Selain itu, jangan terlalu banyak membeli barang kebutuhan bayi yang baru lahir karena tubuh bayi cepat bertumbuh.

4. Selalu Mendengar Semua Nasihat dari Orang Lain


Untuk para orang tua baru yang minim pengalaman dalam mengurus bayi, biasanya akan mendengar semua nasihat dari orang lain yang sudah berpengalaman. Yang ada, ibu dan suami malah kebingungan. Padahal, tidak semua nasihat itu benar lho. Ibu sebaiknya mengikuti naluri sendiri sebagai seorang ibu.

5. Cuek Terhadap Suami Karena Terlalu Sibuk Mengurus Bayi


Setelah melahirkan, ibu pasti akan disibukkan dengan kehadiran bayi. Namun, suami juga membutuhkan perhatian. Jangan mengabaikan suami karena bisa mempengaruhi kualitas hubungan dengannya. Luangkan waktu untuk mengobrol atau bermesraan dengannya ketika bayi sedang tidur.

6. Tidak Memikirkan Diri Sendiri



Sesibuk apapun ibu dalam mengurus bayi, sebaiknya menyediakan waktu ‘me time’. Pikirkan juga diri sendiri. Apabila tidak, maka ibu hanya akan dilanda stress dan bosan.

BACA JUGA : Tips Mudah Agar Anak Tak Lagi Mengompol Saat Tidur

Itulah beberapa kesalahan yang umumnya dilakukan oleh para ibu setelah melahirkan buah hatinya. Semoga dengan mengetahui hal ini, dapat menjadi pegangan bagi kita agar tak melakukan hal-hal serupa saat melahirkan nanti, baik yang akan melahirkan anak pertama atau kelahiran anak kedua dan seterusnya. Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya untuk para ibu yang akan menghadapi persalinan.

Sumber : SayangiAnak
Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Dan orang tua perlu mengetahui seperti apa karakter buah hatinya agar mereka dapat lebih memahami si kecil. Namun, tak sedikit pula orang tua yang sulit dalam memahami karakter dan watak dari anak-anaknya sendiri.



Pada usia 4-5 bulan, anak sudah memperlihatkan karakter dasar dirinya. Namun saat usianya semakin besar, ia mengembangkan karakter dasar tersebut menjadi lebih kuat.

Kenali karakter anak agar Anda lebih memahami mereka dan tahu cara mengatasi sikapnya.

Pemalu/penakut


Menempel pada orangtua dan sering gelisah. Tidak usah memaksakan ia untuk berhubungan dengan orang lain (namun juga jangan terlalu dilindungi). Tetaplah mengantar jemputnya dan tidak ditunggui di sekolah, dan batasi tamu yang datang saat Anda mengadakan acara ulang tahun untuknya.

Jika Anda memiliki anak dengan karakter seperti ini, mungkin Anda bisa membantu mereka untuk mengembangkan rasa percaya dirinya dengan cara mengajarkan cara bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, mengikutkan berbagai kegiatan positif yang dapat membangun karakternya agar tidak lagi menjadi pemalu atau penakut.

Pemarah


Keras kepala, sering menangis saat gagal melakukan sesuatu. Biarkan ia bergaul dengan teman-temannya dan belajar mengatur emosinya. Lama kelamaan ia juga akan terbiasa. Carilah kegiatan yang dapat melatih mereka untuk lebih bersabar, dan beri pengertian dan pendekatan khusus kepada mereka saat emosinya sedang meledak-ledak. Serta, jangan lupa memeluk mereka untuk meredam emosinya, bukan malah meninggalkannya, karena itu justru akan membuat mereka semakin marah dan tak terkendali.

Sensitif


Rewel dan mudah tersinggung. Solusinya adalah dengan memberi pengertian kepada mereka agar tidak mudah mencerna segala sesuatunya secara mentah-mentah dan memasukkannya ke dalam hati. Latih mereka agar lebih sabar dan berpikiran positif agar tidak mudah tersinggung.

Happy-go-lucky


Pembawaan yang menyenangkan, mudah tersenyum. Anggaplah diri Anda beruntung jika memiliki anak berkarakter ini. Ia laksana malaikat dan tidak membutuhkan cara khusus untuk mengasuhnya. Anak dengan karakter ini juga mudah untuk membawa diri dan beradaptasi dengan lingkungan barunya. Mereka juga biasanya banyak memiliki teman dan disukai banyak orang.

Aktif


Tidak bisa diam dan selalu siap untuk berlari. Dalam perjalanan panjang, berhentilah beberapa kali agar ia bisa berlarian untuk sementara waktu. Berikan permainan yang dapat menyerap energinya seperti bola atau sepeda. Serta arahkan mereka pada kegiatan-kegiatan positif, seperti membantu bersih-bersih rumah, merapikan tempat tidurnya, atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya.

BACA JUGA : Jauhi Main HP Saat Bermain Bersama Anak! Jika Tidak, Ini Bahayanya

Itulah beberapa karakter anak yang perlu diketahui oleh para orang tua agar dapat lebih memahami anak-anak mereka dan mampu menemukan solusi saat anak menghadapi masalah. Semoga informasi di atas dapat bermanfaat untuk kita semua.

Sumber : Parenting
Anak yang masih suka mengompol tentunya akan membuat orang tua sedikit kerepotan. Bau pesing akibat ompol tentu akan membuat kita tak nyaman dan terpaksa harus mencuci sprei, serta menjemur kasur yang terkena ompolan buah hati. Tentu hal ini akan sangat merepotkan dan melelahkan jika seringkali terjadi.

Memang tak mudah untuk membuat balita tak lagi mengompol di tempat tidur. Terutama jika balita sudah terbiasa mengenakan diapers dan baru belajar untuk tidak lagi bergantung pada diapers.



Anak juga seringkali susah saat diajari untuk disiplin buang air kecil di kamar mandi saat malam hari sebelum tidur. Namun, bunda harus ekstra sabar dan mencari cara agar si kecil terbiasa untuk buang air terlebih dahulu sebelum tidur agar tidak mengompol.

BACA JUGA : Orang Tua Perlu Waspada, Inilah Bahaya Sering Unggah Foto Anak ke Media Sosial

Berikut beberapa tips yang bisa bunda lakukan agar si kecil tidak mengompol lagi :


• Yang pertama adalah hindari memberi anak minuman apapun 1 jam sebelum ia tidur. Supaya dia tidak kekurangan cairan, pastikan dalam sehari dia sudah mendapatkan cukup minum agar tidak dehidrasi. Air atau banyaknya cairan yang masuk dalam tubuh adalah pemicu utama anak ngompol.

• Selanjutnya bunda harus melatih si kecil untuk buang air kecil sebelum tidur, bisa juga disertai dengan sikat gigi sebelum tidur. Selalu jadikan ini sebagai rutinitas agar anak semakin terbiasa.



• Kadang anak kecil takut dengan kondisi gelap menuju toilet. Jika ini masalahnya bunda harus menyalakan penerangan di sepanjang kamar mandi. Buatlah toilet menjadi tempat yang nyaman, bersih dan wangi agar si kecil tak ogah-ogahan saat akan buang air kecil.

• Anak kecil biasanya malas pergi ke toilet karena takut dengan cerita hantu dan cerita seram lainnya. Ini seringkali membuatnya lebih memilih dimarahi karena mengompol dibanding bertemu hantu saat akan ke toilet. Sebisa mungkin pastikan dia tak mendapat cerita seram atau menakut-nakutinya dengan cerita hantu dan semacamnya.

• Jika diperlukan, ayah/bunda bisa menemani atau mengantar si kecil saat buang air kecil. Mungkin ayah/bunda cukup menunggu di depan pintu toilet agar si kecil tidak takut saat berada di dalam toilet. Dan perlahan, jika si kecil sudah terbiasa, maka ia pun akan berani untuk pergi sendiri ke toilet.

BACA JUGA : Jauhi Main HP Saat Bermain Bersama Anak! Jika Tidak, Ini Bahayanya

Itulah beberapa tips mudah yang bisa ayah/bunda lakukan agar si kecil tidak lagi mengompol saat tidur. Biasakan melakukan hal ini secara rutin dengan penuh kesabaran. Dan dalam kurun beberapa waktu, si kecil pasti tak akan ngompol lagi dan lebih disiplin soal buang air tanpa harus disuruh atau diingatkan. Dengan begitu, tidur pun akan lebih nyenyak dan nyaman. Karena tidur nyenyak sangat penting bagi proses tumbuh kembang anak-anak.
Gadget atau smartphone menawarkan berbagai aplikasi menarik dan menyenangkan yang membuat seseorang betah berlama-lama memainkannya. Mulai dari bermain sosmed, streaming video, menjelajah dunia maya, dan lain sebagainya. Hal ini seringkali membuat orang anti-sosial dan berkurangnya kepedulian terhadap lingkungan atau keadaan sekitarnya.



BACA JUGA : Ayah Perlu Tau! Inilah 8 Hal yang Dipelajari Anak Laki-laki dari Sosok Ayahnya

Jika ayah/bunda termasuk tipe orang yang sangat ketergantungan terhadap smartphone, mulai sekarang sebaiknya kurangi kebiasaan itu. Terutama saat ayah/bunda sedang bermain bersama anak. Sebisa mungkin, hentikan kegiatan menggunakan smartphone ketika orangtua sedang bersama dengan sang buah hati. Sesibuk dan sepenting apapun smartphone, usahakan untuk tetap fokus menghabiskan waktu bersama dengan buah hati tanpa perlu adanya gangguan dari smartphone. Terkecuali jika memang ada sebuah panggilan penting yang memang harus dijawab.

Dikutip dari laman asiantown.net, bermain smartphone saat bermain bersama anak dipercaya akan membuat anak menjadi pribadi yang kurang perhatian dan anak akan kehilangan fokus.

Para ahli dan psikolog mengungkapkan bahwa anak yang diasuh oleh orang tua yang sering kali sibuk dengan dunia mereka sendiri, khususnya dunia gadget atau smartphone akan membuat anak mudah kehilangan fokus. Orang tua yang sering kali bermain smartphone saat bermain bersama anak, hal ini akan membuat anak kurang konsentrasi, kurang percaya diri dan kurang perhatian.



BACA JUGA : Tips Mudah Agar Anak Tak Lagi Mengompol Saat Tidur

Yang lebih berbahaya dan mengerikan lagi, orang tua yang sering kali bermain smartphone saat bermain bersama anak akan meningkatkan terjadinya kecelakaan pada anak. Chen Yu dari Indiana University mengatakan,

"Anak yang diasuh oleh orang tua dimana orang tua tersebut lebih sering fokus pada gadget atau smartphone akan membuat anak rentan mengalami berbagai masalah. Masalah itu bisa saja berupa masalah kecerdasan, masalah kemampuan interaksi dan sosial, masalah fokus dan masalah kemampuan berbicara." 

Lebih berbahaya lagi, anak yang tumbuh dan berkembang bersama orang tua yang kerap mengabaikannya karena pengaruh smartphone memiliki tingkat kecelakaan yang lebih tinggi. Bisa saja, anak ini juga akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang kurang percaya diri, kurang fokus dan kurang terawat." Tambah Yu Chen.

Sementara itu, studi yang dilakukan para ahli di Universitas Edinburgh menemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dan berkembang bersama orang tua dimana orang tuanya lebih sering fokus pada smartphone dan gadget akan membuat anak kurang diperhatikan. Tidak jarang, anak-anak yang kurang perhatian ini akan mengalami masalah pada bahasa juga interaksi sosial terhadap orang-orang di sekitarnya.

Well, saat bermain bersama anak, usahakan agar meletakkan smartphone dan cobalah untuk fokus pada anak saja. Ketika anak mendapatkan perhatian yang baik, dipercaya hal ini akan membuat anak tumbuh dan berkembang menjadi anak yang lebih cerdas, lebih percaya diri dan mengesankan.

Tapi tetap ingat, jangan memberi perhatian anak terlalu berlebihan karena hal ini juga tidak baik buat tumbuh kembang anak. Perhatian orang tua yang berlebihan dikatakan bisa membuat anak tumbuh dan berkembang menjadi anak yang manja.

Nah, itulah sedikit penjelasan mengenai bahaya bermain smartphone saat sedang menemani anak bermain. Semoga kita dapat menjadi orangtua yang lebih bijak dan lebih perhatian kepada anak-anak kita dibanding dengan smartphone dan dunia maya yang ada di dalamnya. Anak adalah amanah yang harus dijaga dan dididik sebaik mungkin. Karena anak merupakan aset berharga yang tak ternilai dan anak pula yang nantinya dapat membawa kebahagiaan pada kehidupan orangtuanya kelak.

Sumber : Vemale
Sosiolog mengatakan bahwa anak yang banyak berinteraksi dengan ayahnya memiliki IQ yang lebih tinggi dibanding yang tak cukup berinteraksi dengan sang ayah.

Banyak juga riset yang membuktikan bahwa anak-anak yang terkait dengan kasus kekerasan, obat-obatan, bahkan kelainan seksual memilliki hubungan buruk dengan ayahnya.

Entah mungkin disebabkan karena kesibukan dalam pekerjaan, sikap pria yang cenderung kaku atau apapun faktornya, tapi bukan menjadi alasan untuk tidak dekat dengan anak-anak, karena itu merupakan hal yang sangat penting bagi tumbuh kembang mereka, terutama bagi anak laki-lakinya.



Para ayah akan terkejut mengetahui bahwa 8 hal ini hanya bisa dipelajari anak laki-laki dari sosok ayahnya, bukan orang lain.

Pembentuk Identitas

Anak lelaki pertama kali belajar menjadi dirinya dengan mengamati ayahnya yang sesama lelaki. Kalau Ayah tidak hadir dalam hidupnya, dia akan lebih sulit membentuk identitas diri, akibatnya anak menjadi minder atau bingung dalam menentukan sikap

Rasa Nyaman dan Percaya Diri

Anak laki-laki sangat butuh untuk merasa diakui dalam kelompok. Kedekatan dengan ayah dapat memenuhi kebutuhan ini.
Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dekat dengan ayahnya cenderung mengikuti geng-geng yang negatif, ini disebabkan karena mereka mencari penerimaan di luar keluarga.

Penanam Nilai-nilai Hidup

Anak-anak yang memiliki ayah secara ekonomi lebih stabil daripada mereka yang tidak. Ini membuat mereka memiliki rasa harga diri dan nilai-nilai lain yang dibentuk oleh ayahnya seperti etos kerja, hubungan yang sehat, dan sifat melindungi seluruh anggota keluarga.



BACA JUGA : Orang Tua Perlu Waspada, Inilah Bahaya Sering Unggah Foto Anak ke Media Sosial

Membentuk Karakter

Anak lelaki memperhatikan karakter ayahnya lalu meniru apa yang mereka lihat.
Ayah bisa mencontohkan karakter positif seperti kejujuran, keberanian, keadilan, wawasan yang luas serta bagaimana berkontribusi positif bagi masyarakat. Anak-anak yang tidak mejadikan ayahnya sebagai panutan cenderung berkiblat pada selebritis, atlit populer, atau musisi sebagai model atau panutan hidupnya.

Mengajari Sikap Menghargai Orang Lain

Ayah yang tidak perhatian kepada anak lelakinya otomatis mengajarkan sikap tidak menghargai orang lain. Hal-hal yang bisa dilakukan oleh para Ayah jaman sekarang untuk mengajari-anak anak sikap menghargai orang lain dengan cara mendengarkan, membangun rasa percaya, kesopanan, dan batas-batas dalam pergaulan.

Mengisi Ruang Hampa pada Jiwa Anak

Anak yang tidak memiliki ayah, atau ayah tidak dekat dengannya cenderung merasa bahwa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Inilah mengapa anak-anak yang tidak dekat dengan ayahnya atau tidak memiliki ayah cenderung lari ke seks, pornografi, kekerasan, obat-obatan, atau sikap-sikap yang merusak dirinya sendiri. Kehadiran Ayah membuat anak merasa lengkap dan penuh.



BACA JUGA : Cara Cerdaskan Anak ketika Masih dalam Kandungan!

Memberi Pemahaman tentang Seks

Anak laki-laki juga banyak pertanyaan tentang seks, terlebih saat memasuki masa pubertas. Ayah bisa mengajari mereka tentang tanda-tanda baligh, mimpi basah, perbedaan mani dan madzi, mandi junub, aurat, dan prilaku seksual yang sehat, mereka tidak akan nyaman membicarakan hal-hal seperti ini dengan ibunya. Bila tidak, mereka akan mencari sendiri dan bisa terjerumus dalam pornografi.

Mengajari Makna Cinta

Anak yang merasa dicintai oleh ayahnya akan belajar banyak hal tentang kepercayaan dan kasih sayang. Mereka akan memandang cinta sebagai hal yang melahirkan rasa bahagia. Sedangkan anak lelaki yang merasa diabaikan oleh ayahnya justru melihat cinta sebagai kerapuhan, kepercayaan sebagai hal lemah yang buruk, sehigga merekapun kesulitan membangun hubungan pernikahan yang sehat.

Bagaimana para Ayah, siap bermain dan menjadi sahabat anak? Ayo lakukan mulai sekarang demi tumbuh kembang buah hati kita hingga akhirnya ia bisa menjadi sosok yang membanggakan sesuai dengan yang kita harapkan.

Sumber : AsuhAnak