
Atikah, seorang wanita berusia 38 tahun ini mungkin sekilas hanya terlihat seperti ibu-ibu pada umumnya. Mempunyai pekerjaan tetap, menjajakan makanan ringan di kawasan Balaikota Semarang, siapa sangka ternyata ia mempunyai kepedulian tinggi dan cara kreatif dalam pemanfaatan sampah.
Lewat kreativitas dan skill menyulam yang dimiliki, Atikah mampu mengolah limbah sampah utamanya plastik bekas menjadi sebuah gaun unik nan berkelas. Meski belum bisa disandingkan dengan produk fashion yang ada pada umumnya, namun langkah nyata kepedulian lingkungan yang dilakukan oleh Atikah tersebut sangat layak mendapat apresiasi.
Kegiatan Sehari-Hari Atikah
Setiap hari ia pergi dari tempat tinggalnya di kawasan Kelurahan Lerep, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang menuju Balaikota Semarang dengan membawa beberapa jajanan yang ia buat sendiri. Dari profesinya tersebut, Atiqah bisa dibilang masih berada dalam kondisi ekonomi yang serba pas-pasan. Setiap bulan dari hasil berjualan makanan ringan, ia mendapatkan keuntungan sekitar Rp500.000. Dengan tanggungan 4 orang anak, Atikah mengaku masih sulit untuk menjalankan roda ekonomi dengan lancar.
Inspirasi Membuat Produk Dari Plastik Bekas

Keseharian berkutat menjajakan makanan ringan, membuat Atikah sering melihat banyak plastik bekas atau yang dalam istilah lokal disebut tas kresek, yang berserakan dimana-mana. Ia sadar betul bahwa, banyaknya sampah plastik tersebut dapat menimbulkan dampak negatif seperti banjir serta penumpukan sampah. Siapa sangka dari pandangan sehari-hari tersebut, perempuan kelahiran Kota Salatiga ini mempunyai ide untuk mengolah kembali sampah plastik menjadi produk yang bernilai.
Barulah dari situ, ia mulai berfikir daur ulang sampah menjadi sebuah gaun. Caranya pun cukup unik, Atikah mengaku bahan yang digunakan hanyalah bahan-bahan sederhana seperti kantong plastik hitam sebagai bahan utama, kemudian ada peralatan lain yakni kapas, minyak goreng, botol bekas, korek serta gunting. Itu semua merupakan barang yang sangat mudah didapatkan, karena pada dasarnya Atikah ingin memaksimalkan barang yang dipandang kurang berguna menjadi lebih bermanfaat.
Setelah memikirkan ide dan mulai menggarap, akhirnya Atikah mampu membuat sebuah gaun unik dengan bahan puluhan kantong kresek dalam waktu kurang lebih 1 bulan.
“Pertama kali membuat, satu gaun untuk ukuran anak-anak membutuhkan waktu hingga satu bulan. Bahannya kira-kira 100-an kantong plastik,” ujarnya.
Meskipun sudah mempunyai hobi menjahit dan menyulam, namun untuk bisa mengolah bahan plastik tentunya berbeda dan membutuhkan kreativitas lebih tinggi. Namun dengan ketekunan, hasilnya Atikah mampu membuat gaun unik yang bahkan tak kalah menarik dari hasil rancangan desainer profesional.
Belum Ingin Mengkomersilkan Karyanya
Berkat inovasi yang dilakukan yang ia lakukan, Atikah sempat mendapat julukan sebagai arsitek sampah dari masyarakat dan tetangga tempat tinggalnya. Kemampuannya mengolah sampah menjadi produk kerajinan, bahkan diakui memiliki kualitas yang cukup baik dan layak dijual.
Meskipun begitu, Atikah masih merasa bahwa produknya belum siap untuk dijual secara luas. Namun wanita yang juga telah mengkreasikan produk olahan limbah lain seperti tudung saji, dompet ponsel, rompi, hingga tas ini, tidak menutup kemungkinan untuk memenuhi jika ada orang yang memesan produk buatannya.
“Masih terus memproduksi, namun belum dijual. Kalau ada yang tertarik, saya mungkin menerima pesanan,” aku Atikah."ujarnya
Apa yang dilakukan oleh Atikah ini sangat inspiratif dan patut untuk kita apresiasi. Sampah-sampah yang tadinya tidak memiliki nilai sama sekali, ia sulap menjadi sesuatu yang memiliki nila guna dan seni.
Semoga semakin banyak orang-orang seperti Atikah yang mau peduli pada lingkungan dengan cara mengolah limbah sampah menjadi sesuatu yang berguna. Dan kita semua pun bisa melakukannya, asalkan ada niat dan kemauan dalam diri kita untuk peduli pada lingkungan.
Sumber:maxmanroe